Kamis, 02 Desember 2010

PEMBELAJARAN CEMERLANG


QUANTUM PEMBELAJARAN INOVATIF
Dedi ”abah” Idris

A.    RASIONAL
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini begitu pesat. Kenyataan ini harus diimbangi dengan meningkatnya kualitas sumber daya manusia. Untuk meningkatkan sumber daya manusia, harus meningkatkan kualitas pendidikan. Karena itu, pemerintah Indonesia terus-menerus berusaha meningkatkan kualitas pendidikan agar bangsa Indonesia tidak menjadi bangsa yang tertinggal oleh bangsa-bangsa lain.
Untuk mewujudkan usaha tersebut, pemerintah melakukan berbagai inovasi dalam dunia pendidikan. Kurikulum, proses pembelajaran hingga fasilitas belajar pun terus dilakukan inovasi. Bahkan Undang-undang Sistem Pendidikan dan Undang-undang Guru dan Dosen pun dibuat dan ditetapkan.
Kini kurikulum pendidikan yang berlaku adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Paradigma pembelajaran yang dituntut oleh kurikulum ini berubah dari teacher centre learning (TCL) menjadi student centre learning (SCL). Semua itu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Salah satu aspek penting dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan adalah harus melakukan inovasi dalam proses pembelajaran karena kualitas pendidikan berawal dari kualitas proses pembelajaran. Karena itu, pembelajaran TCL yang berpusat pada guru sebagai sumber belajar berubah menjadi SCL, yakni para siswalah yang menjadi pusat pembelajaran.
Semua inovasi yang dilakukan pemerintah tentu saja harus dilaksanakan oleh guru di sekolah karena gurulah yang menjadi ujung tombak pendidikan. Dewasa ini, masih banyak permasalahan yang dihadapi dengan inovasi pendidikan ini. Salah satunya adalah masalah inovasi pembelajaran. Masih banyak guru yang susah bahkan tidak mau melakukan inovasi dalam pembelajaran ini. Jika hal ini terus berlanjut maka usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan berhasil dan hanya merupakan usaha yang sia-sia. Timbul permasalahan, sudahkan para guru berinovasi dalam proses pembelajaran? Sampai sejauh mana guru telah melaksanakan inovasi proses pembelajaran? Faktor apa saja yang dapat berpengaruh terhadap lancarnya pelaksanaan inovasi pembelajaran? Dan masih banyak permasalahan yang lain.Dengan tidak bermaksud menggurui, penulis berusaha mengemukakan sumbangan pikiran tentang inovasi pembelajaran dengan harapan bisa dilaksanakan si sekolah-sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.

B.     TOPIK PEMBAHASAN
Topik-topik pembahasan dalam tulisan ini terdiri atas beberapa poitn. Poin-poin tersebut adalah:
  1. Identifikasi Masalah dan Alternatif Solusi
  2. Perencanaan yang Harus Dilakukan Kepala Sekolah dalam Inovasi
  3. Prosedur Pelaksanaan Inovasi Pembelajaran Quantum
  4. Strategi Monitoring dan Evaluasi Inovasi Pembelajaran Quantum
Masalah-masalah krusial yang penulis temukan di sekolah-sekolah di  Tasikmalaya adalah sebagai berikut:
  1. Masih ada guru yang tidak mau berinovasi dalam melaksanakan proses pembelajaran. Proses pembelajaran berlangsung apa adanya, tidak pernah memperhatikan perubahan yang terjadi di dunia pendidikan.
  2. Masih belum tersedianya fasilitas pembelajaran yang dapat menunjang berlangsungnya inovasi proses pembelajaran.
  3. Masih belum jelasnya manajemen sekolah yang diterapkan oleh kepala sekolah.
 C.    PEMBAHASAN
1. Identifikasi Masalah dan Alternatif Solusi (Soal nomor 1)
Pada poin ini akan penulis bahas sekilas ketiga permasalahan tersebut.
a.      Guru Tidak Mau Berinovasi
Proses pembelajaran merupakan sebuah sistem. Dalam sistem tersebut terdapat berbagai komponen, yaitu peserta didik, guru, kurikulum, metode, sarana dan prasarana pembelajaran, proses pembelajaran, dan lingkungan (Depdikbud, 1994: 6). Dari komponen-komponen tersebut, guru merupakan komponen yang paling penting. Karena itu, jika ingin meningkatkan kualitas pembelajaran, yang pertama harus dibenahi adalah komponen guru. Hanya guru yang berkualitas yang dapat mengatasi kekurangan pada komponen-komponen lainnya (Burhan, 1986: 35). Oleh karena itu, guru harus memiliki kualitas profesional yang tinggi.
Jika masih terdapat guru yang tidak mau berinovasi dalam pembelajaran, jelas  kualitas pembelajaran tidak akan meningkat. Kepala sekolah harus bisa melihat dan mengatasi keadaan tersebut. Kepala sekolah harus bisa memotivasi guru-guru yang keadaannya demikian. Lakukan berbagai usaha untuk menumbuhkan motivasi mereka sehingga dengan kesadarannya mereka mau berinovasi. Usaha-usaha yang dapat dilakukan antara lain:
1)      Lakukan pembinaan yang berkelanjutan oleh kepala sekolah. Pembinaan bisa dilakukan terhadap mental atau profesionalitasnya.
2)      Analisis dengan teliti faktor penyebab guru tidak mau berinovasi oleh kepala sekolah. Kepala sekolah dapat menjadikan hasil penilaian kinerja sebagai diagnosis kepada mereka.
3)      Setelah diketahui faktor penyebabnya, atasi faktor-faktor tersebut sehingga guru merasa diperhatikan oleh kepala sekolah dan nyaman bekerja.
4)      Berikan kepercayaan kepada mereka oleh kepala sekolah untuk melakukan sesuatu. Selanjutnya kepala sekolah mengamati, bagaimana mereka mengerjakan tugas tersebut.
5)      Bila ada, hilangkan gap senioritas dan junioritas oleh kepala sekolah karena masalah ini bisa membunuh kemauan dan kreativitas para junior.
6)      Berikan reward atau funishment terhadap guru yang berhak menerimanya. Berikan hadiah kepada mereka yang berhasil melaksanakan inovasi atau berikan funishment kepada mereka yang melakukan pelanggaran. Dengan cara ini akan timbul motivasi kepada pihak lain untuk mendapatkan hal yang sama.
7)      Lakukan penilaian kinerja yang adil dan objektif oleh kepala sekolah sehingga tidak ada guru yang merasa dikhianati.
(Sedarmayanti, 2007).
Selain itu, bagi guru yang tidak berinovasi karena ketidaktahuannya, mereka bisa melakukan usaha sebagai berikut:
1)      Banyaklah bertanya dan melihat kepada teman yang sudah melakukan inovasi.
2)      Banyaklah membaca tentang permasalahan yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
3)      Setelah mendapat informasi, coba aplikasikan pengetahuan tersebut beruang-ulang. (Catatan Kuliah Manajemen Inovasi Pendidikan)
b. Fasilitas Pembelajaran Kurang Memadai
Fasilitas pembelajaran merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran. Dengan demikian, keberadaan fasilitas ini ikut serta menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Kurang tersedianya fasilitas pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, biasanya alasannya adalah keterbatasan dana. Masalah ini dapat diatasi dengan melakukan upaya-upaya berikut:
1.      Musyawarahkan dengan komite sekolah, bagaimana menyediakan dana untuk pengadaan fasilitas tersebut.
2.      Lakukan pendekatan kepada orang tua siswa, masyarakat, dan stakeholder untuk bersama-sama mengatasi permasalahan tersebut. Sosialisasikan hasil keputusan bersama dengan baik. Jelaskan kepada semua pihak tentang manfaat fasilitas yang dibutuhkan, keuntungannya jika dimiliki, dan kerugiannya jika tidak dimiliki. (Catatan Kuliah Manajemen Strategik)
c.       Manajemen Kepala Sekolah yang Kurang Jelas
Manajemen kepala sekolah sangat menentukan keberhasilan sebuah sekolah. Semakin baik manajemen kepala sekolah maka kualitas sekolah semakin meningkat. Kurang jelasnya manajemen kepala sekolah di  Tasikmalaya terlihat dari beberapa hal, misalnya tidak jelasnya visi, misi, dan tujuan sekolah. Visi, misi, dan tujuan yang tertera di sekolah hanyalah bersifat formalitas, hanya bersifat administratif. Selain itu, terlihat juga dengan adanya pembagian tugas guru yang kurang adil. Ha ini tidak bisa dibiarkan terus karena bisa berbahaya bagi perkembangan sekolah selanjutnya.
Usaha yang dapat dilakukan kepala sekolah untuk mengatasi masalah ini antara lain:
1.      Segera ubah manajemen dan pola kepemimpinan oleh diri kepala sekolah sendiri. Jadilah kepala sekolah yang sensitif terhadap keadaan dan jadilah pemimpin yang memiliki daya inovatif tinggi.
2.      Bila kepala sekolah tidak menyadari akan keadaannya, kemukakan saran oleh guru baik secara langsung maupun menggunakan pihak lain agar kepala sekolah mau mengubah keadaan (Catatan Kuliah Manajemen Inovasi Pendidikan).
3.      Jadilah kepala sekolah sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator, dan motivator (Mulyasa, 2003: 8).
Demikianlah sumbang saran yang dapat penulis kemukakan. Penulis yakin jika usaha-usaha tersebut dilakukan dengan penuh kesadaran oleh semua pihak  maka kualitas pendidikan di sekolah ini akan semakin meningkat.
b.      Inovasi Pembelajaran Quantum di SMA
Banyak inovasi yang dilakukan pemerintah dalam dunia pendidikan. Salah satu di antaranya yang menarik penulis adalah inovasi dalam proses pembelajaran.
Djam’an Satori dan Udin Sa’ud (2007: 173) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi serta memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Pembelajaran harus dikembangkan dan dikelola secara kreatif, dinamis dengan menggunakan pendekatan multi sehingga tercipta pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM).
Salah satu pembelajaran yang inovatif adalah pembelajaran quantum (quantum learning). Pembelajaran quantum dengan model super camp dikembangkan oleh Bobby DePorter pada tahun  90-an.Dalam pandangan model belajar ini, siswa belajar sesuai dengan cara kerja otak manusia dan alami dengan memadukan keterampilan akademik, prestasi dan tantangan fisik, serta kecakapan hidup. Pembelajaran berlangsung secara menyenangkan. Pembelajaran quantum menuntut guru terampil merancang, mengembangkan, dan mengelola sistem pembelajaran sehingga tercipta suasana pembelajaran yang efektif, menggairahkan, dan memiliki keterampilan hidup (Satori dan Sa’ud, 2007: 177).
1.      Landasan Pembelajaran Quantum
Pembelajaran quantum berangkat dari dua konsep dasar, yaitu percepatan belajar dan fasilitasi belajar. Kedua konsep ini untuk menciptkan energi guru dan siswa menjadi cahaya belajar. Percepatan belajar dilakukan melalui usaha yang disengaja untuk mengikis hambatan-hambatan belajar tradisional. Fasilitasi belajar mengandung arti mempermudah belajar. Kedua konsep dasar ini sebagai jembatan untuk mencapai asas utama pembelajaran quantum. Asas pembelajaran quantum adalah ”Bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Ini mengandung arti bahwa guru harus mampu memasuki dunia anak sebagai langkah awal pembelajaran. Hal ini akan mempermudah guru dalam menuntun, memimpin, dan memudahkan siswa meraih prestasi belajar secara optimal karena para siswa merasa sudah diperlakukan guru sesuai dengan tingkat perkembangannya. Dengan demikian, pembelajaran menjadi harmonis. Ajarilah, tuntulah, fasilitasilah, dan bimbinglah anak didik kalian sesuai dengan tingkat kebutuhan dan daya pikiranya (Satori dan Saud, 2007: 179).
2.      Prinsip dan Strategi Pembelajaran Quantum
Ada lima prinsip yang dikembangkan (Bobby DePorter, 2002) dalam pembelajaran quantum. Kelima prinsip tersebut adalah:
a)      Segala berbicara, maksudnya semua lingkungan kelas harus ditata sedemikian rupa sehingga memberikan pesan belajar bagi siswa.
b)      Segala bertujuan, ini mengandung arti bahwa segala yang dilakukan dalam pembelajaran harus memiliki tujuan yang jelas dan terkontrol.
c)      Pengalaman sebelum pemberian nama, maksudnya sebelum siswa menamai sesuatu sebaiknya siswa mengalami terlebih dulu sehingga memiliki pengalaman informasi yang berhubungan dengan pemberian nama tersebut.
d)     Mengakui segala usaha, artinya segala usaha belajar siswa harus memperoleh pengakuan dan penghargaan dai guru dan siswa lain sehingga siswa selalu berani untuk menuju pembelajaran selanjutnya.
e)      Merayakan keberhasilan, artinya, setiap usaha dan hasil yang diperoleh siswa dalam pembelajaran harus dirayakan sehingga siswa termotivasi untuk maju dan meningkatkan hasil belajarnya.
Sedangkan strategi pembelajaran yang digunakan pembelajaran quantum adalah TANDUR. Tandur ini merupakan akronim dari enam strategi pembelajaran kuantum, yaitu:
a)      Tumbuhkan minat dengan cara melaksanakan apersepsi agar siswa termotivasi untuk belajar. Gunakan semboyan AMBAK (Apa manfatnya bagiku?). Artinya, sebelum pembelajaran dimulai, siswa harus mengetahui manfaat mempelajari sesuatu yang akan diajarkan.
b)      Alami, artinya bawalah siswa kepada pengalaman nyata yang sesuai dengan bahan pembelajaran.
c)      Namai, berilah nama atau istilah tentang apa yang sudah dialami siswa.
d)     Demonstrasikan, artinya beri kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemampuannya.
e)      Ulangi, artinya beri kesempatan kepada siswa untuk mengulang apa yang sudah dipelajari.
f)       Rayakan, artinya rayakan setiap hasil usaha belajar siswa sebagai pengakuan terhadap usahanya.
(DePorter, 2002: 10)
3.      Model Pembelajaran Quantum
Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran quantum adalah memberdayakan segala potensi dan lingkungan belajar yang ada sehingga proses pembelajaran berlangsung menyenangkan (Satori dan Sa’ud, 2007: 181). Agar model ini tercapai, guru harus melakukan langkah-langkah berikut:
a)      optimalkan minat pada diri
b)      bertanggung jawablah pada diri
c)      hargailah segala tugas yang sudah selesai
Untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran kuantum, guru harus mampu mengorkestrasi konteks dan konten. Konteks berhubungan dengan ligkungan pembelajaran sedangkan konten berhubungan isi pembelajaran. Konteks terdiri atas empat bagian, yaitu suasana belajar yang menggairahkan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan ruang belajar yang dinamis.
Untuk dapat menciptakan suasana belajar yang menggairahkan, guru harus mampu menerapkan:
a)      kekuatan niat dan pandangan yang positif
b)      menjalin rasa simpati dan saling pengertian
c)      keriangan dan ketakjuban
d)     mau mengambil risiko
e)      menumbuhkan rasa saling memiliki
f)       menunjukkan keteladanan
Langkah selanjutnya adalah menciptakan landasan belajar yang kokoh. Untuk menciptakan hal ini guru harus mengomunikasikan tujuan pembelajaran, mengukuhkan prinsip keunggulan, meyakini kemampuan diri dan kemampuan siswa, kesepakatan, kebijakan, prosedur dan peraturan, serta menjaga komitmen belajar. Pembelajaran quantum yang landasannya kuat memiliki delapan kunci sukses, yaitu integritas, kegagalan sebagai awal kesusksesan, bicara dengan niat yang baik, hidup saat ini, komitmen, tanggung jawab, sikap luwes, dan keseimbangan.
Selanjutnya guru wajib menata lingkungan belajar yang mendukung. Manfaatkan lingkungan sekitar sekolah, gunakan alat bantu yang mewakili satu gagasan, atur formasi duduk siswa, iringi pembelajaran dengan musik. Langkah terakhir adalah merancang pengajaran yang dinamis. Rancangan pembelajaran quantum berangkat dari strategi TANDUR. Pembelajaran dimulai dari kelompok besar, kemudian kelompok kecil, dan akhirnya perseorangan (Satori dan Sa’ud, 2007: 181-185).
Dimensi kontens terdiri atas empat bagian, yaitu kemampuan guru berpresentasi dan memfasilitasi pembelajaran, keterampilan siswa, dan kiat belajar. Kemampuan presentasi prima guru merupakan kemampuan berkomunikasi sesuai dengan rancangan pembelajaran sehingga komunikasinya dapat memunculkan kesan yang diinginkan, mengarahkan perhatian, bersifat mengajak, dan tepat sasaran. Memfasilitasi pembelajaran maksudnya memudahkan interaksi siswa dengan kurikulum sehingga aktivitas belajar menjadi mudah sesuai dengan yang diinginkan. Keterampilan siswa dalam pembelajaran quantum dapat memabantu siswa mencapai tujuan belajar secara efisien, efektif, dan cepat dengan tetap mempertahankan minat belajar.
c.       Perencanaan yang Harus Dilakukan Kepala Sekolah
Untuk dapat melaksanakan inovasi pembelajaran quantum tesebut, kepala sekolah harus membuat perencanaan yang matang. Agar perencanaan matang, harus diperhatikan langkah-langkah berikut:

a)      Langkah pengetahuan dan kesadaran.
Pada tahap ini kepala sekolah harus mengetahui bahwa di sekolahnya ada kesenjangan dalam proses pembelajaran. Karena ada kesenjangan maka harus ada inovasi pembelajaran. Dengan mengetahui adanya kesenjangan dan adanya inovasi maka para guru dan kepala sekolah sadar dan butuh inovasi yang akhirnya ingin berinovasi.
b)     Langkah pembentukan sikap terhadap inovasi
Sikap terhadap inovasi memegang peranan penting akan berjalannya inovasi. Oleh karena itu, pada tahap ini kepala sekolah harus melakukan sosialisasi kepada guru yang kemudian menentukan sikap terhadap inovasi pembelajaran tersebut.
c)      Langkah pengambilan keputusan
Pada tahap ini kepala sekolah harus secara tegas mengambil keputusan. Menerima inovasi pembelajaran quantum atau menolak? Sebelumnya kepala sekolah harus mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang inovasi pembelajaran quantum.
d.      Prosedur Pelaksanaan Inovasi Pembelajaran Quantum
Pada tahap ini para guru mulai menggunakan inovasi pembelajaran quantum. Pelaksanaannya jangan sekaligus, tetapi harus melalui tahapan berikut:
a)      Langkah awal. Pada langkah ini kepala sekolah meminta beberapa mata pelajaran untuk menerapkan inovasi pembelajaran quantum. Jangan sekaligus tetapi harus bertahap. Bila kelihatan inovasi berjalan mulus, kembangkan untuk mata-mata pelajaran lainnya.
b)      Langkah kedua. Bila pada langkah awal sudah berhasil dan para guru sudah mengetahui dan memahami inovasi pembelajaran quantum serta memperoleh pengalaman, barulah melanjutkan dengan mata pelajaran yang lain serta menjaga kelangsungan jalannya inovasi.
(Satori dan Sa’ud, 2007: 74 – 79).
d.      Strategi Monitoring
Agar kelangsungan jalannya inovasi berjalan baik, maka kepala sekolah harus menentukan strategi monitoring dan evaluasinya. Strategi itu dapat ditempuh melalui langkah berikut:
a)            Tentukan, untuk tahap awal tenggang waktu berapa lama kegiatan jalannya inovasi akan dimonitor dan dievaluasi.
b)            Tentukan siapa yang berhak mengavaluasi jalannya inovasi
c)            Rumuskan kriteria evaluasi
d)           Berikan penilaian yang objektif
e)            Temukan keberhasilan dan hambatan pelaksanaan inovasi
f)             Bila ada, rumuskan bagaimana cara mengatasi hambatan yang ada.
g)            Sampaikan kepada semua guru hasil evaluasi agar mereka mengetahui kekurangan dan kelebihanya (Sedarmayanti, 2007: 125).
Monitoring bisa dilakukan oleh kepala sekolah langsung, mendelegasikan kepada wakasek, penilaian teman sejawat, atau penilaian pribadi (Sedaramayanti, 2007: 175)..
D.    PENUTUPAN
Tidak ada satu inovasi yang berjalan mulus dan berhasil tanpa dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu, inovasi pembelajaran quantum ini harus disosialisasikan kepada pihak-pihak terkait agar mendapat dukungan dan dilaksanakan dengan baik.
Karena inovasi berusaha mengubah sesuatu ke arah yang lebih baik, hendaknya inovasi pembelajaran quantum ini dilaksanakan dengan harapan hasil pembelajaran optimal. Bila hasil pembelajaran optimal maka kualitas pendidikan akan meningkat.
                   Penulis sebagai guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, mengajak khususnya kepada sesama  pengajar Bahasa Indonesia, mari kita mulai inovasi dari yang lebih kecil, yakni diri sendiri. Penulis yakin, hasilnya memuaskan.
E.     KEPUSTAKAAN
DePorter, Bobby, dkk. 2002. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa.
Satori, Djam’an dan Saud, Udin. 2007. Modul Inovasi Pendidikan Dasar. Bandung: UPI.
Sedarmayanti. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Aditama.
Catatan Kuliah:
Manajemen Inovasi Pendidikan
Implementasi Manajemen Strategik.
Manajemen Sumber Daya Manusia.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar