Sabtu, 11 Desember 2010

DIALOG IMAJINER


PENYEBAB TURUNNYA BENCANA


Abah

“Ya Alloh, Engkaukah yang menciptakan negeri ini?”

“Ya”

“Engkaukah yang membuat tanah air ini subur?”

“Ya”

“Engkaukah yang menciptakan manusia?”

“Ya”

“Benarkah telah Engkau beri, kami akal?”

“Benar”
“Benarkah kami yang berakal Engkau perintahkan jadi kholifah?”
“Benar”
“Engkaukah yang member berkah di negeri ini?”
“Tak ada yang lain”
“Untuk kamikah berkah negeri ini?”
“Ya demi keselamatan dunia akhirat.”
“Tapi, mengapa Kau timpakan bencana tiada henti saat kami sedang menikmati berkah-Mu?”
“Hmmmmmmm……”
“Kenapa diam, ya Alloh?”
“Hmmmmmmm……”
“Jawablah, ya Alloh!”
“Hmmmmmmm…..”
“Jawab, ya Alloh, kenapa?”
“Iqro,,,iqro…iqro…bagaimana kamu?”
“Ooo…oooo…iqro?”
Pembaca, itulah cuplikan dialog imajiner penulis dengan Alloh saat sedang sendiri. Dialog itu terhenti setelah Alloh memintaku membaca diri, mengetahui diri, bagaimana diri ini mengolah negeri. Dialog ini penulis lakukan karena keprihatinan penulis terhadap bencana yang terjadi di negeri tercinta ini. Bencana yang seolah tiada pernah berhenti. Banjir, gempa, tsunami, banjir lagi, tsunami lagi, gempa lagi, erupsi dan letusan gunung berapi. Mau sampai kapan? Karena itulah penulis berdialog secara imajiner dengan Alloh.
Hmmmm….iqro, bagaimana dirimu? Penulis menghayati makna kalimat ini. Benar, pembaca. Ternyata penulis hanya bisa protes, usul, dan meminta. Tanpa bisa membaca diri sendiri. Sedikit mendapat kecewa, langsung protes pada Alloh. Dan hati mengatakan, “Ya Alloh, Engkau tidak adil”. Karena itu, penulis mencoba membaca diri, menggunakan akal yang diberikan Alloh kepada penulis. Karena yakin, Islam adalah akal. Artinya, ajaran Islam masuk akal, dapat dipecahkan dengan akal dan ilmu pengetahuan.
Penulis mencari dan mencari terus jawaban Alloh. Lewat ulama, lewat bacaan, lewat hadis, lewat Quran. Akhirnya penulis memperoleh informasi dari sebuah hadis, diriwayatkan oleh Thabarani, Kira-kira artinya begini,
“Lima perbuatan manusia yang dapat mendatangkan terjadinya lima bencana di dunia. Kaum yang ingkar janji bakal menyebabkan bencana berupa penjajahan. Kaum yang tidak menggunakan hukum Alloh, bakal menyebabkan bencana kemiskinan. Kaum yang ikut serta dalam perbuatan dosa, bakal menyebabkan bencana berupa kematian massal. Kaum yang memanipulasi perdagangan, bakal menyebabkan datangnya bencana berupa hancurnya pertanian dan kelaparan. Kaum yang tidak suka membayar zakat, menyebabkan datangnya bencana berupa kemarau panjang.”
Ooo,,,pembaca, dari hadis tersebut pikiran penulis mulai sedikit terbuka nih. Kenapa bencana itu datang tanpa henti? Emmmm…eeeemmmm…..lalu kepada siapa bencana-bencana itu akan menimpa? Apakah semua orang yang ada di daerah bencana, berbuat dosa?
“Tidak, tidak demikian”
“Lantas siapa yang berbuat dosa dan siapa yang merasakan bencananya?”
“Bencana dari Alloh ditimpakan merata kepada semua umat. Tanpa pandang bulu. Yang berbuat dosa dan yang tidak sama-sama merasakan akibat bencana tersebut.”
“Aduh, kenapa begitu? Tidak adil donk!”
“Jelas, itu adil. Alloh telah memerintahkan manusia untuk saling menasihati, saling menjaga supaya selamat semua. Itulah yang menyebabkan bencana itu dirasakan oleh semua umat di daerah bencana.”
“Ya, Alloh! Bolehkan aku bertanya?”
“Talking to Me, please!
“Perkembangan teknologi informatika begitu merajalela hingga aku jadi mesum, korup, dan moral pun merosot. Apakah aku ini sudah terjajah oleh teknologi?”
“Ya…ya…benar!”
“Apakah itu menandakan bahwa aku sudah ingkar janji?”
“Bagus, kamu sudah mengerti sendiri!”
“Ya, Alloh! Di negeriku sudah dan sering terjadi gempa bumi, banjir, tsunami bahkan letusan gunung.”
“Benar, karena negeri kamu terletak di daerah cincin.”
“Semua bencana itu sudah menghancurkan pertanian, peternakan, perdagangan bahkan korban jiwa ribuan.”
“Benar!”
“Dan semua membuat aku sengsara.”
“Benar!”
“Apakah itu menandakan bahwa aku sudah tidak berpegang pada hakum-Mu?”
“Ya.”
“Apakah itu menandakan bahwa aku sudah bergelut di dunia kejahatan dan dosa?”
“Ya.”
“Apakah itu menandakan bahwa aku sudah tidak jujur dalam perniagaan?”
“Tidak salah”
“Apakah itu menandakan bahwa aku sudah tidak pernah membayar zakat?”
“Tepat, semua sudah kamu jawab dengan benar.”
“Tapi…apakah itu cuma dosaku?” Aku tidak pernah melakukan dosa itu sekaligus.”
“Hmmmm…hmmmm….”
“Jadi, siapa penyebabnya?”
“Kamu tidak perlu saling tuduh. Tidak perlu saling salahkan.Semua introspeksi kalau ingin sselamat dan terhindar dari benca-Ku.”
“Ya, tapi aku ingin tahu, Ya Alloh!”
“Ingat, Aku adalah kholik. Aku pencipta segala. Aku serba tahu dan tiap saat Aku saksikan perbuatanmu baik yang tersembunyi maupun yang jelas. Paham?”
“O..oo..iiii…iiiiyaaaa…ya Alooh. Aku mengerti.”
“Bila aku berkehendak sebagai akibat perbuatanmu, aku tinggal berucap, “KUN FAYAKUN”. Semuanya terlaksana.
Nah, pembaca. Dari dialog imajiner itu akhirnya penulis mendapat jawaban bahwa bencana itu dating kepada manusia sebagai akibat dari perbuatan manusia. Karena itu, yuk kita beribadah tiada henti. Luruskan hati, bersihkan pikiran, kokohkan iman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar