Kamis, 02 Desember 2010

KINERJA GURU DAN PERMASALAHANNYA

PERANAN IKLIM KERJA DAN MOTIV BERPRESTASI TERHADAP KINERJA GURU
Dedi "abah" Idris


A.       PENDAHULUAN

Dewasa ini masih dirasakan ada gejala-gejala belum optimalnya penciptaan iklim kerja dan kurangnya motif berprestasi dari individu guru. Kondisi ini akan berpengaruh terhadap rendahnya kinerja guru. Hal ini tentu saja menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia selama ini. Permasalahan ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut jika bangsa ini menginginkan kemajuan pada bidang pendidikan.
Sesuai dengan kondisi tersebut di atas muncul berbagai permasalahan. Dalam artikel ini penulis hanya mengambil permasalahan yang sesuai dengan tema, yaitu:
1)   Sampai sejauh manakah pengaruh positif iklim kerja terhadap kinerja guru?
2)   Sampai sejauh manakah pengaruh positif motif berprestasi guru terhadap kinerja guru?
3)   Sampai sejauh manakah pengaruh positif iklim kerja dan motif berprestasi guru secara simultan terhadap kinerja guru.
Dengan penelitian ini diharapkan penulis dapat mengetahui dan memaparkan kontribusi iklim kerja terhadap kinerja guru, kontribusi motif berprestasi guru terhadap kinerja guru, serta kontribusi iklim kerja dan motif berprestasi guru secara simultan terhadap kinerja guru di SMA Negeri se-Kota Tasikmalaya. Tujuan ini berangkat dari hipotesis penulis sebagai berikut:
1)   Iklim kerja memberikan pengaruh positif terhadap kinerja guru;
2)   Motif berprestasi guru memberikan pengaruh positif terhadap kinerja guru;
3)   Iklim kerja dan motif berprestasi guru secara simultan memberikan pengaruh positif terhadap kinerja guru.
Metode penelitian yang paling tepat digunakan digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode deskriptif karena permasalahan yang ada merupakan permasalahan yang aktual terjadi dalam masyarakat. Permasalahan tersebut ditandai dengan berbagai fenomena, antara lain rendahnya kualitas pendidikan, kurangnya iklim kerja yang kondusif, dan kurangnya motif berprestasi individu guru di sekolah-sekolah. Untuk memperoleh data yang valid digunakan teknik observasi dan kuesioner.
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS versi 11,0 dan pengujian hipotesis diperoleh kesimpulan adanya pengaruh iklim kerja (X1) terhadap kinerja guru (Y) sebesar 27,37%. Adapun pengaruh motif berprestasi guru (X2) terhadap kinerja guru (Y), sebesar 11,42%. Selain itu, terdapat pengaruh simultan iklim kerja dan motif berprestasi guru terhadap kinerja guru di SMA Negeri se-Kota Tasikmalaya sebesar 38,79%, sedangkan sisanya sebesar 61,21% dipengaruhi oleh banyak variabel lain yang tidak dimasukan ke dalam model regresi (variabel yang tidak diteliti).

B.     PEMBAHASAN

Iklim kerja sangat berpengaruh terhadap tingkah laku guru dan pegawai lainnya. Oleh karena itu, harus mendapat perhatian dari kepala sekolah. Iklim kerja berpengaruh positif terhadap kelangsungan dan keuntungan organisasi. Sebuah organisasi hanya akan berkembang dengan baik jika ditunjang dengan iklim kerja yang kondusif. Di sekolah, kepala sekolah bertanggung jawab terhadap penciptaan iklim kerja tersebut.
Fitri (2008 : 2) mendefinisikan iklim kerja sebagai ”suatu konsep yang merefleksikan isi dan kekuatan nilai-nilai umum, norma, sikap, tingkah laku dan perasaan anggota terhadap suatu sistem”. Sementara Mangkunegara (2008 : 105), menjelaskan bahwa iklim atau kondisi kerja adalah semua aspek fisik kerja, psikologis kerja, dan peraturan-peraturan kerja yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja dan pencapaian produktivitas kerja.
Moekijat (2001 : 4), mendefinisikan motif sebagai suatu daya pendorong atau perangsang seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif memiliki pengertian yang sama dengan motivasi sedangkan Adair (2008 : 1), mengungkapkan bahwa motif sama dengan motivasi yakni semua alasan yang melandasi cara seseorang bertindak. Motivasi adalah suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang. Dorongan itu memaksa seseorang untuk bergerak atau bertindak. Adair (2008 : 110) lebih jauh menjelaskan bahwa setiap orang yang memiliki motivasi yang baik memiliki prestasi yang baik pula dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki motivasi. Motivasi yang baik dan psoitif dapat menciptakan, memelihara, dan meningkatkan kinerja setiap tim. Salah satu faktor yang berperan dalam mewujudkan cita-cita adalah motif berprestasi atau motivasi berprestasi (Fitri, 2009 : 1).
Yamin (2008 : 90) Kinerja guru adalah kemampuan yang ditunjukkan oleh guru dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Kinerja guru dikatakan baik dan memuaskan apabila tujuan yang dicapai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Tugas-tugas guru pada prinsipnya terkandung dalam kompetensi seorang guru. Tiga dimensi umum kompetensi yang saling menunjang dan membentuk kompetensi profesional tenaga kerja kependidikan, yaitu kompetensi pribadi, kompetensi profesional, dan kompetensi kemasyarakatan/sosial.
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil uji hipotesis dapat diketahui bahwa iklim kerja secara signifikan berkontribusi terhadap kinerja guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya kontribusi iklim kerja terhadap kinerja guru adalah sebesar 27,37%. Secara praktis kontribusi iklim kerja terhadap kinerja guru ini adalah signifikan dan sudah teruji kebenarannya secara empirik berdasarkan hasil pengoalahan data yang diperoleh dari penelitian.
Hasil penelitian ini sesuai dengan asumsi yang dikemukakan oleh RobbIn (2008:113), yang menyatakan bahwa faktor kinerja individu sangat dipengaruhi oleh dukungan iklim organisasi yang meliputi pelatihan dan pengembangan,  peralatan dan teknologi, standar kinerja serta manajemen dan rekan kerja.Dukungan iklim organisasi ini diartikan sebagai iklim kerja. Jika keseluruhan yang terdapat dalam organisasi dioptimalkan maka akan dapat mewujudkan kinerja individu yang optimal pula.
Hasil penelitian penulis, sejalan pula dengan pendapat Mangkunegara (2008:115), bahwa terdapat beberapa bukti yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan jelas antara iklim kerja dengan kepuasan kerja. Iklim yang lebih kondusif, terbuka, dan mementingkan pekerja akan menghasilkan sikap kerja yang lebih positif.
Berdasarkan pembahasan di atas, penulis berkeyakinan bahwa sikap kerja yang positif akan menghasilkan kinerja individu yang optimal. Dengan demikian, dapat dibuktikan baik secara teoretis maupun praktis bahwa iklim kerja benar-benar memberikan kontribusi yang nyata terhadap kinerja guru.
Berdsarkan hasil penelitian dan uji hipotesis, hipotesis kedua yang penulis kemukakan diterima, yakni motif berprestasi guru memberikan kontribusi terhadap kinerja guru. Besarnya kontribusi tersebut adalah sebesar 11,42%. Secara praktis, kontribusi motif berprestasi guru terhadap kinerja guru adalah signifikan dan teruji kebenarannya secara empirik berdasarkan hasil pengolahan data.
Kenyataan tersebut di atas sejalan dengan pendapat Mangkunegara (2008:20), bahwa motif berprestasi memeliki hubungan yang kuat dengan pencapaian prestasi kerja. Hubungan tersebut dapat dijelaskan bahwa seorang pekerja yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, cenderung dia memiliki prestasi kerja yang tinggi. Sebaliknya, seorang pekerja yang prestasi kerjanya rendah dimungkinkan oleh motivasi berprestasinya rendah. Hal ini membuktikan bahwa mtoif berprestasi benar-benar secara meyakinkan berkontribusi terhadap kinerja. Semakin tinggi motif berprestasi seorang pekerja akan semakin tinggi pula kinerja pekerja tersebut.
Berdasarkan pembahasan tersebut penulis berpendapat bahwa baik secara teoretis maupun praktis, motif berprestasi guru memberikan kontribusi yang positif terhadap kinerja guru. Jika hal ini diwujudkan di lapangan maka jelas jika ingin meningkatkan kinerja guru harus ditingkatkan pula motif berprestasi guru tersebut.

C.    PENUTUPAN
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa iklim kerja dan motif berprestasi guru secara signifikan memberikan kontribusi yang positif terhadap kinerja guru. Ketiga variabel di atas saling mempengaruhi dengan kuat. Semakin kondusif iklim kerja, semakin tinggi motif berprestasi guru. Dengan demikian, kinerja guru pun semakin optimal. Jika hal ini tercipta maka kualitas pendidikan semakin meningkat.
Sesuai dengan kesimpulan di atas maka untuk meningkatkan kinerja guru di SMA Negeri se-Kota Tasikmalaya, penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut :
1.    Karena terbukti bahwa iklim kerja berpengaruh terhadap kinerja guru maka hendaknya setiap sekolah khususnya kepala sekolah harus lebih meningkatkan usaha penciptaan iklim kerja yang benar-benar kondusif. Lakukanlah berbagai usaha menciptakan hal tersebut.Semakin baik iklim kerja maka kinerja pun semakin optimal.
2.    Karena motif berprestasi individu guru berpengaruh terhadap kinerja guru maka setiap invidu guru harus memiliki motivasi untuk meraih prestasi yang maksimal dalam melaksanakan tugas dan kewajiban. Semakin tinggi motif berprestasi seorang guru, dia akan meraih prestasi kerja yang baik dan optimal.
3.    Karena secara simultan antara iklim kerja dan motif berprestasi guru berpengaruh terhadap kinerja guru maka antara kepala sekolah sebagai penentu iklim kerja dengan guru harus terjalin hubungan yang harmonis, menyenangkan, dan kondusif sehingga guru pun terdorong untuk memiliki motivasi berprestasi yang tinggi. Semakin baik iklim kerja maka motif berprestasi guru akan semakin meningkat sehingga kinerja guru pun semakin baik dan optimal.
4.    Karena iklim kerja dan motif berprestasi guru hanya memberikan kontribusi sebesar 38,79%, ini menunjukkan bahwa masih banyak faktor atau variabel lain yang berpengaruh terhadap kinerja guru. Oleh karena itu, untuk bisa mengetahui faktor atau variabel-variabel tersebut perlu diadakan penelitian lain. Ini perlu dilakukan demi peningkatan kualitas pendidikan sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional.

KEPUSTAKAAN

Adair, John. 2008. Kepemimpinan yang Memotivasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Fitri. 2008. Pentingnya Motif Berprestasi. http//www. bina_mahasiswa.blogsot.com.
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2008. Perilaku dan Budaya Organisasi. Bandung: Rafika Aditama.
----------. 2008. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: Rafika Aditama.
Moekijat. 2002. Dasar-Dasar Motivasi. Bandung: Pionir Jaya.
Robbins, Stephen P, Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi Organizational Behavior (Buku 1). Jakarta: Salemba Empat.
Undang-Undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003 (UU RI NO. 20 TH. 2003). 2003. Jakarta: Sinar Grafika.
Yamin, Martinis. 2007. Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP. Jakarta: Gaung Persada Press.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar