Sabtu, 11 Desember 2010

KOSAKATA


HUBUNGAN MAKNA KATA
Sebagai makhluk sosial, kita jelas lho, tidak bisa melepaskan diri dari bahasa karena bahasa merupakan sarana komunikasi manusia. Kelancaran, keharmonisan, dan keberhasilan suatu hubungan antarindividu sangat didukung oleh keterampilan berbahasa individu tersebut. Semakin ia mahir berbahasa, semakin mudah mencapai tujuan komunikasi. Tapi kita mesti ingat, kemahiran dan keterampilan berbahasa seseorang didukung pula oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah kosakata.

Kosa kata atau perbendaharaan kata seseorang sangat berpengaruh terhadap keterampilan berbahasa seseorang. Semakin ia banyak memiliki kosakata, semakin baik juga keterampilan berbahasanya. Bahkan untuk mengujinya, dalam bahasa Inggris ada berbagai tes. Ada yang disebut TOIEC, ada juga TOIEFL, dan sebagainya. Semakin tinggi angka yang diperoleh semakin banyak kosakata yang dia miliki. Akibatnya, dia semakin baik penguasaan bahasa Inggrisnya.
Banyak cara untuk memperkaya kosa kata. Satu di antaranya adalah menguasai hubungan makna kata dalam konteks. Karena itulah, sekarang kita berdiskusi tentang materi tersebut.
Berdasarkan hubungan makna kata dalam konteks, kata dibedakan menjadi kata bersinonim, berhomonim, berhiponim, berpolisemi, dan berantonim.
1.      Sinonim
Sinonim merupakan dua kata atau lebih yang memiliki struktur dan bunyi yang berbeda tetapi memiliki makna sama atau hampir sama. Karena itu, sinonim dibedakan menjadi sinonim yang saling menggantikan dan sinonim yang tidak saling menggantikan. Disebut sinonim saling menggantikan, bila kata-kata tersebut dalam konteks dapat saling menggantikan peran makna. Perhatikan kaiimat-kalimat berikut!
a.    Mereka ternyata (dapat/bisa) mengerjakan soal itu dengan mudah.
      Kata dapat dan bisa pada kalimat di atas memiliki makna yang sama persis sehingga pemakaiannya dapat saling menggantikan.
b.    Ibunya (wafat/mati/tewas) karena penyakit yang dideritanya.
      Kata-kata wafat, mati, tewas, menyatakan makna yang sama tetapi dalam konteksnya tidak bias saling menggantikan. Bila dalam konteks kalimat di atas diterapkan, jelas konotasi dan nilai rasa bahasanya jadi berbeda.
Contoh lain kata yang bersinonim:
kuat: tetap, mantap, kukuh, stabil, kokoh
senang: gembira, puas, lega, riang, bahagia, girang
manipulasi: kecurangan, penggelapan, penimbunan, spekulaasi
2.      Homonim
Homonim merupakan dua kata atau lebih yang memiliki bentuk dan bunyi yang sama tetapi memiliki makna yang berbeda. Perbedaan makna tersebut tidak hubungan satu sama lain. Perhatikan kalimat berikut!
Pada tanggal 2 Desember 2010, giginya tanggal dua.
Kedua kata tanggal pada kalimat di atas memiliki makna yang berbeda dan perbedaan itu tidak berhubungan sama sekali. Pada frase tanggal 2 Desember, tanggal berarti hari ke… sedangkan pada frase giginya tanggal…berarti copot, rontok.
Contoh lain:
kopi (nama pohon): kopi (salinan)
bisa (dapat): bisa (racun)
buku (kitab): buku (ruas bambu/tebu)
halaman (pekarangan): halaman (lembar kertas)

Dalam kamus, kata berhomonim ditandai dengan angka di belakangnya, misalnya bisa (I): dapat, boleh, mungkin, bisa(II): racun
3.      Hiponimi
Hiponimi  merupakan hubungan makna yang mencakup kata umum dan kata khusus. Di dalamnya terkandung kata yang memiliki cakupan lebih luas dan lebih kecil. Oleh karena itu, dalam hiponimi dikenal superordinat (kata umum) dan hiponim (kata khusus). Superordinat, memiliki cakupan lebih luas dan hiponim ada dalam cakupannya.

Kata makhluk mencakup manusia, hewan, tumbuhan. Dalam konteks ini, makhluk merupakan superordinat sedangkan manusia, hewan, tumbuhan merupakan hiponim.

Sebuah hiponim bisa menjadi superordinat bila dibandingkan dengan kata-kata yang cakupannya lebih kecil lagi. Perhatikan contoh berikut!
hewan (superordinat): kuda, kerbau, sapi, burung, ikan (hiponim), dan sebagainya.
burung (superordinat): merpati, perkutut, kutilang, elang (hiponim), dan sebagainya.
4.      Polisemi
Polisemi merupakan sebuah kata tetapi memiliki makna ganda atau banyak. Dari segi konotasi, makna-makna tersebut berbeda. Berbicara polisemi kadang tertukar dengan homonim. Untuk membedakannya, lihat segi hubungan makna. Dalam polisemi, perbedaan makna tersebut masih memiliki hubungan, dalam homonim tidak ada hubungan satu sama lain.
Kaki saya terluka akibat terjepit kaki kursi.

Kedua kata kaki pada kalimat di atas masih memiliki hubungan atau kesamaan, yaitu sama-sama sebagai penyangga. Inilah polisemi. Lain lagi dengan kalimat ini,
Dalam suasana genting, kepalaku malah tertimpa genting rumah.

Kedua kata genting pada kalimat di atas beda, kan? Coba dech pembaca yang menjelaskan, Abah yakin Anda sudah mahir!

Perbedaan makna dalam polisemi diakibatkan oleh konteks kalimat. Perhatikan contoh lain!
Di rumahku hanya ada satu stel kursi di ruang tamu.
Periode ini, dia tidak lagi memiliki kursi di DPR.
Kita ini hanyalah masyarakat kelas bawah, berbeda dengan mereka yang ada di bawah atap DPR.
5.      Antonim
Dua kata atau lebih yang memiliki makna berlawanan, disebut antonim. Kata panas – dingin; baik – buruk; suami – istri; merupakan pasangan kata yang berantonim.

Antonim tidak mutlak berlawanan maknanya, karenanya muncul istilah:
a.       Antonim kembar: bila pasangan kata itu mutlak, tidak memiliki pasangan kata yang lain. Kata laki-laki hanya berlawanan dengan perempuan; jantan hanya dengan betina; hidup hanya dengan mati; tidak ada kata lainnya.
b.      Antonim majemuk: bila pasangan kata tersebut masih memiliki kata lain yang masih bertalian atau berhubungan. Kata putih berantonim dengan hitam. Selain hitam, tetap berantonim dengan merah, kuning, ungu, dan sebagainya.
Kata besi berantonim dengan kayu, emas, bambu, seng, baja, dan sebagainya.
c.       Antonim gradual; bila pasangan kata yang berlawanan itu memiliki jenjang. Misalnya pendek: pajang. Selain panjang masih ada jenjang agak panjang, lebih panjang, panjang sekali, dsb. Bisa ya mencari conoth lain? Percaya dech Anda bias!
d.      Antonim relasional, bila kedua kata yang berpasangan itu maknanya benar-benar merupakan kebalikan. Misalnya: keluar: masuk; pembeli: penjual; anak: orang tua; suami: istri. Please dech carikan contoh lainnya!

Abah, bagaimana dengan homograf dan homofon? Ooo…masa Anda lupa? Abah yakin pembaca pasti ada yang masih ingat. Yuk, kita diskusikan pendapat kita.

Menurut Abah sih, homofon dan homograf itu masih merupakan bagian dari homonim. Jadi homonim itu ada yang homograf dan ada homonim yang homofon. Disebut homofon, bila kata yang berhomonim itu memliki bunyi yang sama tetapi maknanya beda. Misalnya, massa dengan masa; syarat dengan sarat; sah dengan syah.
Ayo cari yang lainnya!

Disebut homograf, bila kata yang berhomonim itu hanya memiliki struktur atau bentuk sama tetapi bunyi dan maknanya berbeda. Misalnya:
Tubuhnya mental sejauh 4 m akibat benturan.
Sayangnya anak tersebut menderita penyakit mental.

Kata mental pada kalimat pertama berbunyi mental dengan /e/ pepet (sedih) sedangkan pada kalimat kedua berbunyi mental dengan /e/ taling (ember).
Jelas ya?
Ok, Abah kira diskusi tentang makna kata ini kita akhiri dulu. Kita diskusi lagi lain waktu dengan materi yang lain. Sebagai referensi, bisajuga And abaca buku:
Aminuddin, 1999. Semantik Pengantar Studi tentang Makna. Bandung: PT Sinar Baru.
Gory Keraf, 1988. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar