Selasa, 28 Desember 2010

HARIMAU! HARIMAU!


Abah
Ikhtisar Novel, obrolan kita dengan judul ini adalah tentang intisari novel Idonesia, baik novel mutakhir maupun novel klasik. Obrolan ini penting, khususnya bagi pelajar yang akan melaksanakan ujian nasional. Soal ujian nasional bahasa Indonesia tidak pernah lepas dari materi novel, mulai tema, sudut pandang, seting, karakteristik, pesan/amanat hingga tokoh cerita. Mudah-mudahan obrolan ikhtisar novel ini memberikan manfaat bagi mereka yang membutuhkan. Karena itu, novel-novel yang dibicarakan pun, Abah ambil berdasarkan pengalaman soal ujian nasional.
Bagian pertama, kita mulai obrolan dengan membicarakan novel Harimau! Harimau!
A.    Judul
Harimau! Harimau!

B.     Pengarang
Mochtar Lubis

C.     Penerbit
Pustaka Jaya: Jakarta (Terbit pertama 1975)
Novel ini mendapat penghargaan dari Yayasan Buku Utama Depdikbud pada 1975, sebagai novel terbaik Indonesia. Novel ini sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Bahkan di Tiongkok, novel ini (serial bahasa Cina) dijadikan bahan perkuliahan sastra di berbagai perguruan tinggi.
Mochtar Lubis tergolong sastrawan Angkatan 66. Ceritanya banyak mengangkat tema tentang kehidpan sosial, ekonomi, dan politik saat itu. Kritik sosial dan politik mendominasi tema ceritanya.

D.    Tema
Secara umum, Harimau! Harimau! Mengambil tema bahwa kekuasaan dan kekuatan Tuhan tidak ada yang bisa mengalahkan. Termasuk kekuatan-kekuatan magis dan tahayul yang berkembang di Indonesia saat itu.

E.     Seting
Seting tempat cerita ini di daerah Sumatra.

F.      Tokoh Cerita
1)      Wak Katok, seorang dukun sakti yang memiliki perguruan silat. Memiliki murid silat cukup banyak. Dia pun berprofesi sebagai pencari damar.
2)      Haji Rakhmad, pencari damar yang dianggap tokoh masyarakat. Dia taat beragama dan tidak percaya terhadap tahayul. Orangnya baik sehingga disegani oleh masyarakat.
3)      Pak Balam, pencari damar sekalgus murid silat Wak Katok.
4)      Wak Hitam, lelaki penyendiri tetapi memiliki empat istri. Dia menjauh dari keramaian manusia dan tinggal di hutan belantara dengan keempat istrinya.
5)      Buyung, pemuda pencari damar sekaligus merupakan murid silat terpandai Wak Katok.
6)      Sanip, Talib, dan Sutan, tiga pemuda pencari damar dan murid silat Wak Katok.
7)      Siti Rubayah, istri termuda Wak Hitam.

G.    Sinopsis
Rombongan pencari damar yang dipimpin Wak Katok sudah seminggu berada di hutan belantara untuk mencari damar. Rombongan tersebut tediri atas Haji Rakhmad, Pak Balam, Buyung, Sanip, Talib, dan Sutan. Selama di hutan mereka ditampung di rumah peristirahatan Wak Hitam yang memiliki empat orang istri. Selama menyepi di hutan ini, Wak Hitam secara bergiliran ditemani keempat istrinya. Istri termuda dan tercantik Wak Hitam adalah Siti Rubayah, yang kebagian giliran menemani Wak Hitam saat rombongan pencari damar ada di rumah mereka. Karena kecantikannya, saat Wak Hitam sedang tidak di rumah, rombongan pencari damar sering menggoda Siti Rubayah.

Suatu hari di hutan tersebut muncul seekor harimau yang sedang mengincar seekor rusa yang sangat besar. Tapi harimau kalah cepat oleh Buyung. Rusa buruannya lebih dulu tertembak oleh Buyung sehingga harimau kehilangan buruan. Akibatnya, harimau mencari buruan lain yakni memburu rombongan pencari damar pimpinan Wak Katok tersebut. Akhiranya, Pak Balam menjadi buruan pertama harimau. Untung masih tertolong oleh teman-temannya sehingga Pak Balam selamat dari kematian. Dia menderita luka yang cukup parah akibat serangan harimau itu.

Pak Balam berkeyakinan bahwa kecelakaan yang dialaminya adalah sebagai karma dari Tuhan terhadap dirinya yang penuh dengan dosa dan kesalahan. Oleh karena itu, dalam lukanya Pak Balam terus menasihati teman-temannya supaya segera mengakui segala dosa dan kesalahan agar selamat dari buruan dan terkaman harimau. Dia sendiri mengakui segala dosanya di hadapan teman-temannya. Dia sudah berdosa karena pernah membiarkan Wak Katok membunuh teman seperjuangan masa perang melawan Belanda. Dia juga menyesal karena membiarkan Wak Katok membunuh dan memperkosa istri seorang demang. Membawa kabur semua harta kekayaan demang tersebut. Semua kesalahan itu dia akui dengan penuh penyesalan.

Pengakuan dosa Pak Balam membuat keadaan berubah. Di antara anggota rombongan mulai saling curiga dan tidak percaya. Hal itu juga membuat anggota rombongan yang masih muda menjadi ketakutan. Untung mereka masih bisa ditenangkan oleh Wak Katok dan Haji Rakhmad. Wak Katok berkeyakinan bahwa harimau itu harimau biasa bukan harimau jadi-jadian. Bukan harimau utusan Tuhan.

Hari berikutnya harimau memakan korban lagi. Korban barunya adalah Talib. Walaupun terluka parah, Talib masih bisa diselamatkan oleh teman-temannya. Atas kejadian itu, Pak Balam kembali mengingatkan dan mengajak teman-temannya untuk segera mengakui dosa dan kesalahan. Dalam keadaan terluka parah, akhirnya Talib mengakui dosa dan kesalahannya. Dia mengaku dan menyesal pernah mencuri. Setelah pengakuannya itu, akhirnya Talib meninggal dunia. Setelah peristiwa itu, akhirnya Sanip pun sadar dan mau mengakui dosa-dosanya. Dia menyesal telah mencuri kerbau Haji Serdang sebanyak empat ekor. Dia sering berdusta dan melakukan zinah. Sutan tidak mau mengakui kesalahan dan dosanya karena dia merasa takut melanggar janjinya. Dia berjanji kepada Sanip saat melakukan dosa bahwa dia akan merhasiakan perbuatannya itu sampai kapan pun.

Karena harimau tua itu terus mengincar dan memburu mereka ditambah kondisi Pak Balam yang semakin kritis, akhirnya mereka sepakat untuk balik memburu harimau tersebut. Setelah menguburkan Talib, akhirnya Wak Katok, Sanip, dan Buyung berangkat ke hutan untuk memburu harimau. Sementara Haji Rakhmad dan Sutan menunggui Pak Balam. Tetapi akhirnya Haji Rakhmad dan Sutan pun menyusul Wak Katok untuk memburu harimau. Sial, di tengah jalan muncul harimau dan menyerang Sutan. Sutan diterkam, diseret dibawa ke tengah hutan oleh harimau tersebut. Akhirnya rombongan kembali ke rumah. Tidak lama kemudian Pak Balam pun meninggal dunia akibat lukanya yang semakin parah.

Sisa rombongan sepakat untuk mencari Sutan ke hutan. Di perjalanan, Wak Katok memaksa anggotanya untuk mengakui dosa dan kesalahan mereka. Permintaan Wak Katok ditolak oleh mereka. Penolakan itu membuat Wak Katok tersinggung dan marah. Dalam kondisi tegang seperti itu, tiba-tiba harimau itu muncul. Dengan gemetar, Wak Katok mencoba membidik dan menembak harimau. Tapi sayang, senapannya tidak meletus karena mesiunya basah. Wak Katok semakin gemetaran karena takut. Akhirnya dengan penuh keberanian, Buyung mengambil api dan mengusir harimau tersebut. Ternyata harimau takut dengan api. Akhirnya harimau kabur dan mereka selamat. Tapi sejak kejadian itu, mereka akhirnya mengetahui siapa sebenarnya Wak Katok. Wak Katok ternyata seorang pengecut yang mengaku-aku pemberani, pandai bermain silat dan memiliki jimat-jimat. Semua itu bohong, digunakan Wak Katok hanya untuk menutupi kepengecutannya.

Terbongkarnya rahasia Wak Katok membuat dia marah. Wak Katok meminta mereka untuk pergi meninggalkannya. Sebelum Haji Rakhmad, Sanip, dan Buyung meninggalkan Wak Katok, dia meminta agar Wak Katok menyerahkan senjata kepada mereka karena khawatir suatu saat senjata tersebut digunakan Wak Katok untuk membunuh mereka. Wak Katok menolak dan terjadilah perkelahian. Dalam perkelahian itu, Haji Rakhmad tertembak oleh Wak Katok dan meninggal dunia. Buyung dan Sanip akhirnya berhasil melumpuhkan Wak Katok.

Buyung dan Sanip bertekad untuk membunuh harimau itu. Caranya? Akhirnya mereka sepakat menjadikan Wak Katok sebagai umpan untuk mengundang harimau. Pancingan mereka berhasil. Harimau itu datang hendak menerkam Wak Katok. Bertepatan dengan itu, Buyung menembakkan senapannya tepat di kepala harimau.Harimau itu akhirnya mati. Wak Katok selamat. Kemudian Buyung dan Sanip membawa pulang Wak Katok dan menyerahkannnya kepada polisi untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatannya.

H.    Pesan/Amanat
Secara umum, novel ini mengandung pesan:
1)      Jangan mudah percaya akan kata-kata seseorang karena kata-kata tersebut tidak menutup kemungkinan hanyalah untuk menutupi kelemahan diri.
2)      Akuilah segala dosa dan kesalahan dan bertobatlah kepada Tuhan karena semua dosa dan kesalahan akan diminta pertanggungjawaban oleh Tuhan. Kalau tidak segera bertobat, dosa dan kesalahan sendiri akan menjadi beban hidup selamanya dan membuat diri kita merasa takut dan tidak nyaman.
3)      Berdoalah kepada Tuhan agar diri kita selamat bukan harus percaya kepada tahayul. Tidak ada kekuatan manusia yang bisa melebihi kekuasaan Tuhan.
4)      Pertanggungjawabkanlah perbuatan kita secara hukum terhadap sesama manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar