Senin, 27 Desember 2010

MODEL PEMBELAJARAN WHOLE LANGUAGE


MODEL PEMBELAJARAN WHOLE LANGUAGE
Abah
Model Whole Language merupakan model pembelajaran bahasa yang menekankan bahwa pembelajaran bahasa merupakan sesuatu yang utuh, yang tidak memisahkan aspek-aspek keterampilan berbahasa.
Hallo, Kawan! Bertemu lagi dengan saya. Alhamdulillah saya memperoleh informasi baru mengenai berbagai model pembelajaran. Salah satu yang saya kuasai adalah model pembelajaran Whole Language. Bagaimana kalau kita diskusikan? Karena saya yakin ada di antara rekan-rekan yang sudah lebih dulu mengetahui, memahami bahkan menggunakan model ini dalam proses pembelajaran. Dengan diskusi ini, saya berharap pemahaman dan penguasaan saya terhadap model Whole Language ini semakin cemerlang.       

Bagaimana? Bisa kita mulai diskusi kita? Ok!

Saya tertarik dengan judul tulisan ini, yakni Model Pembelajaran Whole Language.  Apakah yang dimaksud model, pembelajaran, dan Whole Language dalam judul tersebut?
Kalau kita lihat pada KBBI, model memiliki pengertian 1) pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan; 2) orang yang dijadikan contoh untuk dilukis; 3) orang yang pekerjaannya memperagakan contoh pakaian yang akan dipasarkan; 4) barang tiruan yang kecil dengan bentuk persisi seperti yang ditiru.

Penjelasan itu bisa kita terima sebagai pengertian model secara umum. Nah, kalau kaitannya dengan pembelajaran, kira-kira apa tuh yang dimaksud dengan model?

Bisa saja diartikan sebagai cara yang digunakan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Sebuah pedoman atau acuan yang akan digunakan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Pendapat lain, mungkin pola yang sistematis yang akan digunakan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Mari kita ambil kesimpulan dari berbagai pendapat tersebut sebagai berikut!  Model adalah suatu konsep, suatu pola, atau suatu acuan  yang digunakan sebagai pedoman seorang guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Karena masih berupa konsep, berupa pola maka dalam model tergambarkan adanya perencanaan kurikulum,kegiatan pembelajaran, dan media pembelajaran.

Pembelajaran itu sendiri, maksudnya apa?
Pembelajaran merupakan sebuah proses untuk membelajarkan siswa. Dengan demikian, dalam pembelajaran ada dua proses yang saling berkaitan erat, yakni proses belajar dan proses mengajar. Artinya, pembelajaran bisa terjadi karena adanya interaksi antara siswa dengan guru. Pada diri siswa akan terjadi proses belajar sedangkan pada guru terjadi proses mengajar. Kedua proses ini tidak bisa terpisahkan dalam proses pembelajaran.

Agar terjadi proses belajar yang optimal, kreatif, rekreatif, tentu saja guru harus ditunjang oleh keterampilannya memilih dan menggunakan model-model pembelajaran. Ketapatan memilih model pembelajaran berpengaruh besar terhadap keberhasil proses belajar siswa. Seamakin tepat memilih model, semakin optimal pula proses belajar siswa. Optimalnya proses belajar siswa menggambarkan keoptimalan proses mengajar yang dilakukan guru. Itulah yang saya maksud proses belajar dan proses mengajar dalam proses pembelajaran, tidak dapat dipisahkan.

Selanjutnya, apa sih model Whole Language?
Model Whole Language merupakan model pembelajaran bahasa yang menekankan bahwa pembelajaran bahasa merupakan sesuatu yang utuh, yang tidak memisahkan aspek-aspek keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa disajikan dalam satu kesatuan yang padu antara menyimak, membaca, berbicara, menulis, sastra, dan unsur kebahasaan. Semuanya disajikan secara proporsional sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Hal tersebut saya temukan dalam bukunya (Sundari, 2007: 45).

Selanjutnya (Sundari, 2007: 46) mengatakan bahwa model tersebut dikembangkan berdasarkan berbagai wawasan dan hasil penelitian  serta berbagai bidang ilmu, antara lain bahasa, psikolingiustik, sosiolinguistik, antropologi, dan pendidikan. Juga Whole Language ini dikembangkan berdasarkan pengalaman-pengalaman praktis para guru. Ooo..kalau demikian, pasti tingkat ketepatan dan keberhasilannya signifikan.

Lalu, adakah karakter khusus yang terlihat di kelas dengan model Whole Language?
Tentu saja. Setiap model pembelajaran memiliki karakter atau ciri khusus yang terjadi dan tampak di kelas. Nah, ciri khusus model Whole Language sebagai berikut.
1. Belajar bahasa akan berlangsung dengan mudah karena sifatnya padu, nyata, relevan, bermakna, dan berfungsi dalam konteks berbahasa yang sebenarnya.
2. Para siswa akan mempelajari unsur kebahasaan secara simultan atau serempak saat pembelajaran keterampilan berbahasa berlangsung dalam konteks pemakaian bahasa yang sebenarnya.
3. Para siswa mempelajari bahasa sama dengan membangun makna sesuai dengan konteks.
4. Perkembangan bahasa siswa merupakan suatu proses pembentukan kemampuan personal sosial.(Depdikbud, 2004: 14)

Model pembelajaran Whole Language merupakan model yang menuntut proses pembelajaran keterampilan bahasa terpadu dengan aspek-aspek lainnya. Model yang mengacu pada learning to do – belajar sambil bekerja serta keterpaduan, keotentikan mendasari model Whole Language.

Bagaiamanakah peran guru di kelas saat menggunakan model pembelajaran Whole Language?
Dalam model Whole Language, aktivitas pembelajaran didominasi oleh siswa. Guru hanya berperan sebagai mediator, pengarah, dan pembantu siswa belajar. Aminudin (1977: 33) menjelaskan peran guru dalam model Whole Language sebagai berikut.
1.    Guru sebagai model, dalam kegiatan pembelajaran keterampilan berbahasa guru harus menjadi contoh dari perwujudan aktivitas berbahasa siswa.
2.    Guru sebagai fasilitator, guru harus mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan siswa dalam belajar sehingga siswa dapat mengembangkan dan menemukan pemahaman yang nyata.
3.    Guru sebagai pembelajar, guru harus mempelajari segala sesuatu yang dipelajari siswa dan mempelajari segala kesulitan yang dihadapi siswa dalam belajar serta segera memberikan solusinya.
4.    Guru sebagai peneliti, guru harus selalu mengamati gejala yang berhubungan dengan minat, motivasi, dan proses belajar siswa. Guru harus selalu mengumpulkan data mengenai perkembangan kemajuan siswa dalam belajar dan melakukan refleksi terhadap data yang ditemukan.
5.    Guru sebagai dinamisator, guru harus bersahabat dengan siswa, harus mampu memanfaatkan berbagai bentuk penguatan kepada siswa, misalnya pujian, hadiah, dan sebagainya.

Dengan demikian, peranan guru semakin ringan, tidak capek karena alur lalu lintas proses pembelajaran didominasi oleh proses belajar siswa.

Bagaimana hubungan model tersebut dengan proses penilaian? Tidak setiap teknik penilaian tepat digunakan dalam setiap model pembelajaran. Adakah teknik penilaian yang paling tepat untuk model whole language?

Benar! Tidak setiap teknik penilaian tepat digunakan untuk setiap model pembelajaran. Penilaian yang tepat untuk model Whole Language adalah pengamatan/unjuk kerja ketika proses pembelajaran berlangsung. Format penilaian observasi sangat membantu pelaksanaan evaluasi dengan model ini. Selain itu, portofolio cocok dijadikan alat evaluasi untuk model ini sehingga terlihat dengan jelas setiap perkembangan yang terjadi pada diri siswa.

Berikut saya kemukakan beberapa contah format kedua jenis penilaian dengan aspek menulis tersebut.
Nama Siswa          :                                                             Kelas             :
No.
Aspek yang Dinilai
Baik
Tidak Baik
1
Sistematika


2.
Isi Karangan


3.
Ketepatan isi dengan tema


4.
Ejaan


5.
Tatabahasa


6.
Kosakata/Diksi


7.
Penampilan/Tampilan


Skor Perolehan

Skor Maksimum


Keterangan:
Baik           : Skor 1
Tidak Baik: Skor 0

Nama Siswa          :                                                             Kelas             :

NO.

Aspek yang Dinilai
Skot
1
2
3
4
1
Sistematika




2.
Isi Karangan




3.
Ketepatan isi dengan tema




4.
Ejaan




5.
Tatabahasa




6.
Kosakata/Diksi




7.
Penampilan/Tampilan




Jumlah Skor





Keterangan:
1: tidak kompeten
2: kurang kompeten                                          
 3: kompeten
4: sangat kompeten
Skor 23 – 28 := sangat kompeten
Skor 18 – 22 = kompeten
Skor 13 – 17 = kurang kompeten
Skor 7 – 12   = tidak kompeten
Rumus Penilaian:
Skor maksimum: 4 x 7 = 28
Skor minimum  : 1 x 7 = 7
Kategori criteria: 4
Rentang nilai     : (28 – 7) : 4 = 5,25
Contoh Format Penilaian Fortofolio untuk menulis, perhatikan!
Nama Siswa          :                                                                     Kelas     :
NO
SK/KD
Periode
Aspek yang Dinilai
T.Bhs
Diksi
Ejaan
Sistmk
Isi
1.
Menulis Karangan
Nonfiksi
1/3





7/3





Dst.





2
Menulis Surat Undangan
15/4





22/4





28/4





dst






Skala penilaian 0 – 10 atau 0 - 100

Langkah strategis apa yang harus dilakukan guru dengan menggunakan model Whole Language? 
Saya memiliki pengalaman, Kawan. Langkah yang saya tempuh sebagai berikut.
1.    mempersiapkan rancangan pembelajaran membaca dengan menulis atau menyimak dengan menulis atau berbicara dengan menulis;
2.    melakukan apersepsi atau rangsangan terhadap siswa mengenai materi pembelajaran yang disajikan. Rangsangan bisa dilakukan dengan cara menyampaikan tujuan pembelajaran dan tanya jawab sekitar materi yang akan disajikan.
3.    memberikan kebebasan kepada siswa secara individu atau kelompok dalam memecahkan masalah yang dihadapinya;
4.    member kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dengan teman atau kelompoknya mengenai masalah yang ditemukan selama belajar;
5.    memperbaiki dan meluruskan hasil pemecahan masalah yang dikemukakan siswa.
6.    melakukan evaluasi proses selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil pekerjaan siswa bisa diperiksa oleh guru atau siswa, atau oleh siswa bersama guru;
7.    memberikan pengayaan/refleksi kepada siswa, terhadap hasil belajar siswa.

Langkah strategis di atas harus dilakukan berulang-ulang terhadap siswa sehingga dapat diketahui letak kesalahan dan kekurangan proses belajar siswa atau proses mengajar guru. Kesalahan dan kekurangan tersebut dalam pertemuan berikutnya harus diperbaiki sampai akhirnya sempurna. Dengan demikian proses pembelajaran yang dilaksanakan mencapai tujuan yang diharapkan. Saya yakin rekan-rekan ada yang memiliki pengalaman lain. Iya, bukan?

Bisakah keberhasilan proses pembelajaran dengan model Whole Language dilihat dari aktivitas siswa? Tentu saja bisa. Kita akan dapat melihat ciri-ciri yang tampak pada siswa saat berlangsung proses pembelajaran.

Ciri yang menandai bahwa proses pembelajaran dengan model Whole Language berhasil, antara lain.
1.        Siswa memegang peran dominan dalam aktivitas belajar.
2.        Siswa berani berekspresi dan menanggung risiko dari ekspresi dan coba-cobanya.
3.        Siswa akan menjadikan guru sebagai model dalam proses pembelajaran.
4.        Siswa akan menunjukkan pembelajaran sesuai dengan tingkat kemampuannya.
5.        Dalam kelompok belajarnya, siswa berbagi tanggung jawab dalam proses pembelajaran.
6.        Kelas akan dihiasi oleh hasil pekerjaan siswa yang sudah diseleksi oleh guru.
7.        Guru akan selalu memberikan masukan dan melakukan pengayaan terhadap siswa.

Itulah kawan diskusi kita kali ini. Saya punya harapan bahwa pendidikan di negeri tercinta ini akan semakin meningkat kualitasnya. Dengan catatan, kita sebagai tenaga pendidik selalu kreatif, dan dinamis dalam melaksanakan proses pembelajaran. Kita harus mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya yang berhubungan dengan pendidikan. Kalau tidak, itu artinya kita akan selalu menjadi guru yang tradisonal; yang tertinggal oleh informasi. Bila ini yang terjadi, bagaimana dengan kualitas pendidikan di negeri ini? Yuk, kita jawab dengan jujur dalam hati kita!

Kepustakaan

Depdikbud. 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar. Bandung: BPG Jawa Barat.
Depdiknas. 2000. Metode Pengembangan Kemampuan Berbahasa. Bandung: P3 GT.

UPI. 2006. Jurnal Pendidikan Dasar Volume IV No. 5 April 2006. Bandung: UPI.
UPI. 2006. Jurnal Pendidikan Dasar Volume IV No. 6 Desember 2006. Bandung: UPI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar