Minggu, 02 Januari 2011

RENUNGAN TAHUN BARU


Abah
Tahun baru 1432 Hijriah sudah kita masuki. Tahun baru 2011 Masehi  juga masih hangat. Pergantian kedua tahun diperingati dengan antusias; dengan meriah; penuh suka cita. Energi dan materi pun rela keluar bahkan nyaris tanpa perhitungan, demi memeriahkan pergantian kedua tahun baru tersebut. Aduh! Hebatnya, bangsa ini.
Lalu, apa tujuan semua itu? Hura-hura atau memiliki makna? Sungguh sangat sia-sia bila kemeriahan itu hanyalah bersifat seremoni. Bayangkan! Demi kegiatan seremoni itu manusia, termasuk kita rela mengorbankan harta, tenaga bahkan jiwa. Supaya pengorbanan kita tidak sia-sia, mendingan kita berenung dulu. Apa yang harus kita lakukan setelah kita dengan antusias memeriahkan pergantian tahun baru tersebut?

Abah punya tips nih, untuk itu.

Ada tiga perilaku yang harus kita jalani pada tahun baru ini. Introspeksi (iqro), hijrah, dan istikomah, sangat tepat kita lakukan agar kita menjadi manusia yang dinamis lahir dan batin sehingga menjadi manusia yang paripurna.

Introspeksi/iqro. Kita telaah, kita baca diri kita. Apa, siapa, mengapa, dan bagaimana diri kita pada tahun lalu? Benarkah kita sudah menjadi makhluk yang diberi akal oleh sang kholik? Benarkah diri kita sudah menjadi kholifah di muka bumi ini? Benarkah kita ini sudah menjadi makhluk yang tugasnya hanya beribadah kepada sang kholik? Sudah sampai sejuh mana ibadah kita? Mengapa ibadah kita belum sempurna.

Nah, jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut kita jadikan bahan evaluasi dan pertimbangan pada tahun ini. O, ternyata kita memiliki dua sisi. Sisi positif dan sisi negatif. Kedua sisi ini kita jadikan standar. Kita jadikan acuan dan pijakan untuk tahun berikutnya.

Hijrah. Hasil introspeksi memberikan gambaran kepada kita bahwa kita berada dalam dua sisi, yakni sisi positif dan sisi negatif. Pada tahun baru ini, mari kita hijrah!  Mari kita pindah! Kita hijrah dari sisi negatif yang kita miliki pada tahun lalu ke sisi positif. Sedikit-sedikit, kita hijrah. Kita ingat, bahwa Alloh menuntut kita berubah, menuntut kita hijrah sesuai dengan kemampuan kita. Tidaklah mungkin kita bisa sekaligus meninggalkan perbuatan-perbuatan negatif. Kita mulai dari yang kecil-kecil; yang akrab dengan kehidapan kita sehari-hari. Bahkan segi positif pun harus kita hijrahkan. Bila tahun lalu segi positif kita hanya sampai E, mari pada tahun baru ini kita tingkatkan sampai F, G, H, dan seterusnya. Yang jelas, dengan hijrah ini, kehidupan kita serba berubah dari negatif ke positif; dari positif ke lebih positif. Yang jelas dari tahun ke tahun hidup kita ada peningkatan. Kita menjadi manusia yang dinamis.

Kita ingat ajaran rasul! Betapa rugi orang yang hidupnya pada hari ini sama dengan hidupnya pada hari kemarin. Betapa beruntungnya orang yang hidupnya pada hari ini lebih baik daripada hidupnya pada hari kemarin. Dan betapa celakanya orang yang hidupnya pada hari ini lebih buruk daripada hidupnya pada hari kemarin. Hmmmmm….! Kita mau masuk golongan mana? Mau golongan orang rugi? Mau golongan orang yang beruntung? Mau golongan orang yang celaka? Pada nurani kita masing-masing dech jawbannya.

Istiqomah. Kita sudah memiliki sisi posotif pada tahun lalu. Nah, nah, nah! Tetapkan dalam hati dan perbuatan bahwa sisi positif itu terus kita jalankan bahkan ditingkatkan. Itulah yang istiqomah. Kita akan menyesal bila kebaikan pada tahun lalu kita tinggalkan pada tahun ini. Kita akan merasa kehilangan sesuatu yang sangat berharga. Singkatnya, kita harus mampu mempetahankan segala kebaikan yang sudah kita lakukan tahun sebelumnya bahkan ditngkakan pada tahun baru ini.

Nah, teman! Kalau begitu, kita tidak boleh lagi dong merayakan pergantian tahun baru? Oo…tidak! Tidak demikian! Kalau memang kita mampu, bernasib baik, silakan saja rayakan pergantian tahun baru tersebut. Yang perlu diingat oleh kita adalah, setelah perayaan itu mari kita laksanakan ketiga perilaku di atas supaya kita menjadi golongan manusia yang beruntung menurut agama kita. Percuma kita merayakan sesuatu, bila kita tidak bisa mengambil hikmah dari perayaan itu. Adanya perayaan itu justru harus kita jadikan peringatan buat kita bahwa kita harus selalu berubah; kita harus selalu meningkatkan amal soleh kita yang sudah-sudah.

Mudah-mudahan saja, saya dan Anda termasuk orang yang mampu melaksanakan ketiga amalan di atas pada tahun baru 1432 H. dan 2011 M. ini sehingga kita tergolong orang yang inovatif seperti digariskan Alloh dalam Q.S. Arodu: 11, Innalloha laa yugoyyiru maa bi kaumin hatta yugoyyiru maa bi anfusihim. “Sesusngguhnya Alloh tidak akan mengubah nasib suatu kaum sebelum kaum itu mengubah nasibnya sendiri”.


Nasib dalam ayat ini mencakup segala aspek kehidupan. Tentu saja kita pada tahun ini kita mengharapkan adanya perubahan nasib. Karena itu, marilah kita iqro, hijrah, dan istiqomah pada tahun baru ini!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar