Kamis, 13 Januari 2011

GOLONGAN ORANG YANG CELAKA


Sesungguhnya manusia ada dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman, orang-orang yang beramal soleh, orang-orang yang suka saling menasihati dalam kebaikan dan kebenaran. (Q.S. Alasri).
Nah, Kawan! Itu firman Alloh swt., bukan omongan si Abah, lho!. Jadi sebenarnya secara umum manusia yang tidak merugi atau celaka hanya tiga golongan, yakni orang yang beriman, beramal soleh, dan orang suka saling menasihati. Dalam obrolan kita kali ini, Abah hanya akan mendeskripsikan golongan orang celaka dari salah satunya, yakni orang-orang yang tidak mau beramal soleh.
Orang-orang yang beramal soleh adalah mereka yang melakukan segala hal dengan niat karena Alloh. Hanya mencari keridoan Alloh. Mereka inilah salah satu golongan manusia yang beruntung di mata Alloh swt. Kalau demikian, artinya mereka yang tidak mau beramal soleh tergolong orang yang rugi dan celaka.

Banyak hadis dan ulama yang menggolongkan secara spesifik orang-orang yang celaka. Obrolan Abah di sini hanya akan membicarakan empat golongan orang yang celaka akibat tidak mau beramal soleh. Keempat golongan tersebut adalah.
1)      Golongan orang yang keras hati. Aduh…aduh! Sekeras hati apa ya? Mungkin hati kera atau hati buaya? Tidak…tidak! Bukan itu maksudnya. Orang yang keras hati adalah orang yang hatinya tertutup dari pengaruh luar, baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Dia tidak akan membiarkan orang atau pihak lain mempengaruhinya. Dia sudah tidak memiliki perasaan dan sudah tidak peduli terhadap orang lain. Orang-orang seperti ini akhirnya menjadi orang yang keras kepala. Kalau sudah demikian, dia sudah tidak akan mendengar lagi pendapat atau nasihat orang lain. Sayalah orang yang paling pintar; sayalah orang yang paling bisa. Apa gunanya mendengar masukan orang lain.

Nah, kawan! Kalau sudah demikian, jadilah dia orang yang takabur. Orang yang sombong. Semua orang dianggapnya bodoh dan hanya dia yang pintar. Padahal kita tahu, di atas langit masih ada langit. Apalagi kalau kita ingat kepada yang maha di atas yang paling maha, yakni Alloh aza wa jala. Kita sadar bahwa diri kita tidak ada apa-apanya di mata Alloh. Pengetahuan kita, keterampilan kita, semua hanyalah titipan Alloh. Bila Alloh berkehendak mencabut atau mengambil kembali segala kepintaran kita, dalam sekejap kita akan menjadi orang yang lemah, orang bodoh.
Kesadaran seperti itu tidak akan hadir dalam hati orang yang takabur. Bahkan karena ketakaburannya, dia menganggap dirinya sebagai walilah, sebagai nabilah, sebagai orang pilihan Allohlah, dan sebagainya. Bahkan dia sendiri mengaku dirinya sebagai Tuhan. Nauzubillahimindalik! Orang-orang seperti ini sudah pasti hidupnya celaka dan sengsara. Kita sering mendengar kisah Firaun? Dialah rajanya orang takabur. Dia menganggap dirinya sebagai Tuhan. Akhirnya? Dia celaka dan sengsara.
Aduh, itu terlalu jauh sih contohnya. Kita ambil yang kecil saja nih. Di daerah kita, di Indonesia bahkan di Tasikmalaya, kita melihat dan mendengar bagaimana nasib orang-orang takabur. Ada yang konon katanya dia seorang ulama. Karena hatinya keras, karena keras kepala, dia menjadi orang yang takabur. Menganggap dirinya sebagai nabilah, sebagai Nabi Isalah, sebagai imam Mahdilah, dan sebagainya, selanjutnya dia menciptakan dan menyebarkan aliran sesat. Bagaimana nasibnya? Jangankan di akhirat, di dunia saja dia berakhir di penjara. Yang paling mengerikan, nasib dia berakhir mati akibat dikeroyok massa. Kalau sudah begitu? Ya jelas, segala kepintaran, segala keterampilan yang dia miliki hilang seketika. Segala penghormatan yang dia raih dari penganutnya, hilang seketika dan menjadi cemoohan orang lain.
Nah, Kawan! Supaya kita terjaga dari keras hati, mendingan dari sekarang kita belajar menjadi manusia yang bisa menerima kelemahan diri, menerima dan mengakui kelebihan orang lain. Menjadi manusia yang siap dikritik dan dinasihati orang lain. Menjadi manusia yang selalu siap menerima masukan dari pihak lain. Kita harus ingat, dari mana pun datangnya kebaikan, harus kita terima. Jadilah orang yang lembut hati, lembut kepala. Jadilah orang yang berlapang dada. Sekali lagi, kita tidak ada apa-apanya di mata Alloh swt.. Yuk, kita perbanyak istigfar agar kita menjadi orang yang lembut dan cerdas!

2)      Golongan orang yang kering air mata. Aduh…aduh! Kayak sungai saja, bisa kering. Apa sih, maksudnya? He…he…! Kering air mata di sini memiliki makna pertama tidak bisa menangis melihat dan mengingat dosa dan kesalahan yang pernah dilakukan. Kedua, tidak tersentuh hati; tidak pernah ada penyesalan setelah melihat dan mengingat dosa dan kesalahan yang sudah diperbuat.

Koq, orang gak bisa menangis atau tidak tersentuh hati digolongkan pada orang yang celaka? Jelas, dong! Orang yang kering air mata, hatinya beku, tertutup dari penyesalan. Nah, kalau tidak ada penyesalan dari perbuatan salah dan dosa, mungkinkah orang seperti ini berhenti melakukan kesalahan dan dosa? Tidak mungkin, bukan? Tidak akan ada istilah tobat bagi mereka. Mereka akan terus melakukan dosa dan salah bahkan kualitas dan kuantitasnya makin lama makin tinggi. Kalau sudah demikian, yang celaka bukan hanya dirinya melainkan bisa mencelakai orang lain. Karena itu, kita, kata Alloh, harus selalu bertobat dari segala kesalahan dan dosa.

Tobat yang baik adalah timbulnya penyesalan yang mendalam dari perbuatan dosa dan salah yang sudah dilakukan dan berjanji tidak akan mengulanginya. Alloh akan selalu memaafkan dosa kita, selama kita mau bertobat. Yang penting, tobat kita bukan tobat sambal. Kita sering makan sambal, bukan? Kita tahu dan merasakan bahwa sambal itu pedas, membuat perut kita mulas, tapi kita terus saja setiap makan pakai sambal. Karena keseringan, akhirnya perut kita terbiasa dan tidak lagi merasa mulas.

Nah…nah…nah…! Orang yang kering air mata itu seperti itu. Dia sudah tidak lagi merasakan pedasnya sambal yang dimakan. Karena rutinnya berbuat dosa dan kesalahan maka dia lama kelamaan tidak lagi merasakan bahwa itu dosa dan salah. Wah…wah…wah…! Repot dech kalau sudah begitu. Celakanya bukan hanya di akhirat, di dunia pun dia akan merasakan akibatnya. Paling tidak, dia masuk penjara; dia dikucilkan orang lain; dia dibenci orang sekitar; atau mungkin dikeroyok massa hingga tewas. Banyak tuh, kejadian seperti itu. Makanya, mending kita cepat-cepat perbanyak baca istigfar agar hati kita selalu terjaga dan ingat akan dosa dan kesalahan; agar hati kita semakin tersentuh dengan kesalahan dan dosa yang sudah kita perbuat sehingga kita akan selalu dengan segera bertobat kepada Alloh. Dijamin dech, kalau sudah begitu kita selalu ada dalam rido Alloh.

Yuk, perbanyak istigfar. Katanya sih, rasul membaca istigfar dalam sehari semalam tidak kurang dari 100 kali. Malah ada yang mengatakan 250 kali. Padahal rasul itu sudah dimaksum. Sudah dijamin dari segala dosa oleh Alloh dan dijamin jadi ahli surga. Beliau selalu bertobat, menyesali segala kesalahan; beliau selalu meminta keridoan Alloh. Kita, manusia yang tidak dimaksum, mengapa tidak mau melakukan itu? Aduh…aduh…! Capek dech! Istigfar yang mana? Ya, yang mana sajalah. Mau istigfar yang paling pendek atau yang paling panjang, sama saja. Yang penting kekhusuan kita dalam beristigfar.

3)      Golongan orang yang suka melamun. Melamun? Iya, melamun! Orang seperti ini hati dan pikirannya kosong. Hidupnya hampa. Tidak memiliki harapan. Bagaimana dengan orang yang mengkhayal atau berimajinasi? O, jelas beda, Kawan! Orang yang berkhayal atau berimajinasi, justru akal dan hatinya jalan, selalu berputar untuk mengubah nasibnya. Tidak mungkin dia bisa berkhayal atau berimajinasi kalau akal dan hatinya kosong. Dia adalah orang  yang kreatif. Orang yang banyak melamun, hati dan akalnya semakin tidak jalan, semakin kosong.

Dalam kehidupan sehari-hari, nih. Kita sering melihat atau mendengar orang kesambet, kesurupan, kemasukan setan. Nah, orang-orang yang suka melamun inilah yang demikian. Pikiran mereka kosong. Akibatnya menimbulkan kemusrikan, baik bagi dirinya maupun bagi orang lain. Dirinya dan orang lain menyalahkan setan, menyalahkan jurig, dan sebagainya, wkwkwkwkwkwkwkkk…koq bisa begitu? Padahal hati dan pikiran dia yang kosong lalu alam bawah sadarnya muncul, jadilah dia kesambet, kesurupan.

Sudah akh, jangan suka menyalahkan jurig atau pihak lain,  ya? Kesalahan jelas ada pada diri kita. Orang yang suka melamun, kan maunya memencilkan diri. Dia tidak mau bergaul dengan orang banyak. Pantas saja dia kesurupan. Itu salah satu kecelakan bagi orang yang suka melamun. Lebih celaka lagi kalau orang suka melamun jadi imam solat. Repot dech! Bisa-bisa solat lohor jadi delapan rakaat atau dua rakaat.

Yuk, kita isi hati dan pikiran kita selalu dengan sesuatu yang positif agar kita tidak menjadi pelamun. Perbanyak istigfar, membaca Quran atau membaca apa saja yang bermanfaat bagi kita. Yang penting hati dan akal kita tidak pernah beku; tidak pernah kosong. Hati dan akal kita selalu dinamis. Enjoy dan happy dech, hidup kita. Coba rasakan sendiri!
4)      Golongan orang yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin. Dalam kehidupan sehari-hari, kondisi seperti ini biasa kita katakan rugi. Padahal menurut ajaran Islam itu bukan rugi melainkan celaka. Yang rugi menurut ajaran Islam adalah yang kondisi hari ini sama dengan hari kemarin. Wah…wah…wah! Begitu, ya?

Kondisi apa? Kondisi segalanya! Kita berdagang, pendapatan hari ini lebih kecil dari hari kemarin, berarti kita celaka. Nilai ulangan atau ujian yang sekarang lebih kecil dari yang terdahulu, celaka kita. Kesehatan kita hari ini lebih buruk dari kemarin, celaka kita. Kita harus berobat. Berobat harus ada uang. Akhirnya uang cadangan untuk keperluan yang lain terganggu bahkan habis untuk berobat. Apa kita tidak celaka? Amal soleh? Ya, apalagi itu.

Bila amal soleh kita hari ini lebih kecil kualitas dan kuantitasnya, kita tergolong orang yang celaka. Semakin banyak kita beramal soleh, semakin banyak pula orang yang mendoakan kita agar kita selamat; agar kita diberi rizki oleh Alloh. Kalau kemarin ada 100 orang yang mendoakan kita dan hari ini hanya 25 orang, jelas kita celaka. Nah, kalau kita ingin tergolong orang yang selamat, kita harus selalu bertekad, berusaha agar segala sesuatu yang kita lakukan hari ini lebih baik dari hari kemarin. Sebaliknya, dalam hal yang negatif, kita harus selalu berusaha agar kesalahan dan kekurangan hari ini lebih kecil dari hari kemarin. Dengan demikian, hidup kita selalu berubah menuju kepada kebaikan. Amal soleh setiap saat meningkat sementara amal salah , hehe..hehe…setiap saat semakin berkurang. Oooww…beruntunglah kita bila tergolong pada orang-orang yang demikian. Bagaimana? Mau? Hidup kita begitu? Yuk, kita tekadkan dengan kuat untuk mengubah nasib kita. Hari ini lebih baik dari hari kemarin!

Ok, Kawan! Kita akhiri dulu obrolan kita. Mudah-mudahan saja kita selalu tergolong pada orang-orang yang beruntung. Ingat surat Alasri di atas! Hanya tiga golongan orang yang tidak berada dalam kerugian, yakni orang yang beriman, orang yang beramal soleh, dan orang yang suka saling menasihati. Kalau kita tidak termasuk kedalam ketiga golongan tersebut, jelas kita hanyalah menjadi tong sampah di dunia ini. Nih, ada sebuah puisi Parsi berbunyi begini:
Al insani awaluha nutfah
Wa akhiruha jifah
Wa ausatuhal goit

Kalau diterjemahkan kira-kira begini:
Manusia itu pada awalnya hanyalah setetes air mani
Pada akhirnya hanyalah mayat
Dan antara awal dan akhir hanyalah tong sampah

Naudzubillahi mindalik!

2 komentar:

  1. Mudah-mudahan Qta termasuk orang-orang yang beruntung ya pak...
    Makasih udah sharenya ya...

    Salam Dari Saya..:
    Blog Dasista | Blogger Tasikmalaya

    BalasHapus