Minggu, 28 November 2010

BAHASA INDONESIA DAN KARAKTER BANGSA


FAL YAKUULU KAULAN SYADIDAN
Dedi “abah”Idris
Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan alat untuk berkomunikasi karena komunikasi dalam pergaulan merupakan kunci. Alat yang paling ampuh dalam komunikasi tersebut adalah bahasa. Dalam komunikasi langsung atau tidak langsung tetap memerlukan bahasa. Pada era globalisasi ini, seseorang atau suatu bangsa akan mampu bergaul secara internasional jika memiliki kemampuan dan keterampilan berbahasa internasional. Kita ambil contoh, seseorang yang hanya memiliki kemampuan berbahasa lokal maka pergaulannya pun hanya bersifat lokal. Dia akan sulit bergaul secara nasional bahkan tidak akan mampu. Dia hanya akan mampu bergaul dengan orang-orang yang kemampuan berbahasanya sama dengan dia. Seseorang yang hanya menguasai bahasa Indonesia, akan sulit bergaul secara internasional karena pergaulan internasional menggunakan bahasa Inggris. Dia hanya akan mampu berkomunikasi dengan orang yang sama – menguasai bahasa Indonesia. Dengan demikian, betapa pentingnya penguasaan berbahasa.
Karena pentingnya bahasa dalam pergaulan, tidak salah bila Tuhan menggariskan dalam firman-Nya Wal yakuulu kaulan syadiidan, ”dan berbicaralah dengan bahasa yang baik dan benar”. Hal ini dipertegas lagi oleh hadis nabi fal yakuulu kaulan syadiidan ”maka berbicaralah dengan bahasa yang baik dan benar”. Firman Tuhan dan hadis nabi tersebut menyiratkan bahwa dalam pergaulan sebagai makhluk sosial tidak sekedar menguasai bahasa tetapi yang dimaksud adalah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar. Bahasa apa pun yang digunakan, tetap harus bahasa yang baik dan benar.
Bila kita telaah kebenaran kedua keterangan di atas, ternyata benar bahwa baik- buruknya bahasa yang digunakan akan menentukan kesuksesan pergaulan. Seseorang yang memiliki niat yang baik, karena menyampaikannya dengan bahasa yang kurang atau tidak baik akan menjadi jelek. Orang bukannya mau menerima niat baik kita, malahan tersinggung dengan bahasa yang kita gunakan. Dengan bahasa yang tidak baik akan menimbulkan perselisihan bahkan pertengkaran dan perpecahan. Di sinilah perlunya penguasaan bahasa yang baik dan benar.
Bahasa yang baik dan benar bukan hanya sesuai dengan kaidah bahasa melainkan sesuai pula dengan kaidah sosial dan tujuan berbahasa. Ketika kita bergaul di rantau orang, bahasa yang kita gunakan harus disesuaikan dengan kaidah sosial masyarakat tempat kita merantau. Orang Medan yang ada di tatar Pasundan, tentu saja dalam pergaulannya harus memperhatikan kaidah sosial masyarakat Pasundan atau sebaliknya. Selain itu perhatikan pula siapa yang diajak bergaul. Bahasa yang digunakan ketika kita bergaul dengan orang yang lebih tinggi, baik usia maupun jabatan, harus memperhatikan etika. Tidak baik jika bahasa yang kita gunakan disamaratakan terhadap semua orang.
Selain itu, kebaikan berbahasa ditunjang oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut sebagai berikut.
1. Kaidah bahasa. Kaidah bahasa atau tata bahasa ikut berperan dalam menentukan keberhasilan pergaulan karena kaidah bahasa ikut serta menentukan kejelasan makna bahasa yang digunakan. Semakin baik tata bahasa yang digunakan seseorang maka akan semakin mudah orang memahami maksud pembicara. Bahasa yang ambiguitif akan mempersulit seseorang memahami maksud pembicara. Keambiguan bahasa seseorang ditentukan oleh kecermatan penggunaan tata bahasa.
2. Diksi.Diksi atau pilihan kata ikut menentukan sopan dan jelasnya berbahasa seseorang. Semakin tepat diksi yag digunakan semakin sopan pula berbahasa seseorang. Semakin umum diksi yang digunakan seseorang, semakin sulit bahasa seseorang dipahami orang lain. Kita ambil contoh dalam suatu kejadian dalam ilustrasi berikut: Seseorang mengajak temannya menengok teman lainnya yang sedng sakit. Dia menggunakan diksi seperti berikut:
Karena teman kita sakit, mari kita menontonnya sekarang.
Tentu saja kalimat itu akan menimbulkan kekagetan pada teman yang diajak bicara. Kekagetan itu muncul karena penggunaan kata menonton. Diksi ini tidak tepat digunakan untuk melihat orang sakit. Seharusnya kita menggunakan kata menengok.
3. Intonasi dan tanda baca. Dalam bahasa lisan, intonasi memegang peranan penting untuk menentukan kejelasan maksud pembicara sedangkan dalam bahasa tulis, intonasi ditentukan oleh tanda baca. Intonasi dan penggunaan tanda baca yang tepat memudahkan orang yang diajak bicara memahami maksud yang kita ungkapkan. Perubahan intonasi atau penggunaan tanda baca akan mengubah makna bahasa yang digunakan. Misalnya.
Kucing/makan tikus/mati.
Kucing makan/tikus mati.
Kucing/ makan/ tikus mati.
Kucing/makan tikus mati.
Keempat kalimat di atas jelas memiliki makna yang berbeda.
4. Isi pembicaraan. Kebaikan berbahasa seseorang sangat didukung pula oleh isi pembicaraan. Sebaik apa pun bahasa yang kita gunakan, bila isi pembicaraannya tidak sopan, tidak bermanfaat, tidak mendidik, tidak bertujuan maka bahasa yang kita gunakan tergolong ke dalam bahasa yang tidak baik. Hal ini pun akan menentukan tumbuh tidaknya simpati orang yang diajak bicara terhadap pembicara.
Berdasarkan urian di atas dapat disimpulkan bahwa pergaulan yang baik memerlukan penguasaan bahasa yang baik. Semakin baik bahasa yang digunakan seseorang maka komunikasinya pun semakin baik sehingga menghasilkan pergaulan sosial yang baik pula. Karena itu, mari kita mulai mengaplikasikan firman Tuhan dan hadis nabi di atas demi terciptanya keindahan pergaulan dan perdamaian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar