Senin, 28 Maret 2011

USAHA KEPALA SEKOLAH MENGATASI MASALAH



Dedi ”abah” Idris
Timbul permasalahan, sudahkah tepat manajemen kepala sekolah? Sampai sejauh mana guru telah melaksanakan inovasi pembelajaran? Sudahkah memadai fasilitas pembelajaran di sekolah? Dan masih banyak permasalahan lain. Inilah tugas berat kepala sekolah.

A.    RASIONAL
Perkembangan iptek begitu pesat. Kenyataan ini harus diimbangi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Karena itu, pemerintah terus-menerus berusaha meningkatkan kualitas pendidikan agar bangsa Indonesia tidak menjadi bangsa yang tertinggal oleh bangsa-bangsa lain. Berbagai usaha pemerintah tersebut tentu saja akan berhasil bila sekolah-sekolah sebagai ujung tombak pendidikan mampu menerjemahkan dan melaksanakan usaha pemerintah tersebut.
Manajemen kepala sekolah, kreativitas guru, dan fasilitas belajar pada sebuah sekolah sangat menunjang ketercapaian usaha pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Ketiga aspek di atas merupakan sebuah system. Satu sama lain saling berpengaruh. Bila ketiga aspek tersebut sudah sinergi, kualitas pendidikan akan meningkat. Dampaknya, kualitas sumber daya manusia Indonesia pun menjadi sumber daya yang  tangguh, mandiri, dan siap bersaing.
Timbul permasalahan, sudahkah tepat manajemen kepala sekolah? Sampai sejauh mana guru telah melaksanakan inovasi pembelajaran? Sudahkan memadai fasilitas pembelajaran di sekolah? Dan masih banyak permasalahan lain. Inilah tugas berat kepala sekolah.
Dengan tidak bermaksud menggurui, penulis berusaha mengemukakan sumbangan pikiran tentang usaha mengatasi permasalahan tersebut..

B.     PEMBAHASAN
a.      Guru Tidak Mau Berinovasi
Proses pembelajaran merupakan sebuah sistem. Dalam sistem tersebut terdapat berbagai komponen, yaitu peserta didik, guru, kurikulum, metode, sarana dan prasarana pembelajaran, proses pembelajaran, dan lingkungan (Depdikbud, 1994: 6). Dari komponen-komponen tersebut, guru merupakan komponen yang paling penting. Karena itu, jika ingin meningkatkan kualitas pembelajaran, yang pertama harus dibenahi adalah komponen guru. Hanya guru yang berkualitas yang dapat mengatasi kekurangan pada komponen-komponen lainnya (Burhan, 1986: 35). Oleh karena itu, guru harus memiliki kualitas profesional yang tinggi.
Jika masih terdapat guru yang tidak mau berinovasi dalam pembelajaran, jelas  kualitas pembelajaran tidak akan meningkat. Kepala sekolah harus bisa melihat dan mengatasi keadaan tersebut. Kepala sekolah harus bisa memotivasi guru-guru yang keadaannya demikian. Lakukan berbagai usaha untuk menumbuhkan motivasi mereka sehingga dengan kesadarannya mereka mau berinovasi. Usaha-usaha yang dapat dilakukan antara lain:
1)      Lakukan pembinaan yang berkelanjutan oleh kepala sekolah. Pembinaan bisa dilakukan terhadap mental atau profesionalitasnya.
2)      Analisis dengan teliti faktor penyebab guru tidak mau berinovasi oleh kepala sekolah. Kepala sekolah dapat menjadikan hasil penilaian kinerja sebagai diagnosis kepada mereka.
3)      Setelah diketahui faktor penyebabnya, atasi faktor-faktor tersebut sehingga guru merasa diperhatikan oleh kepala sekolah dan nyaman bekerja.
4)      Berikan kepercayaan kepada mereka oleh kepala sekolah untuk melakukan sesuatu. Selanjutnya kepala sekolah mengamati, bagaimana mereka mengerjakan tugas tersebut.
5)      Bila ada, hilangkan gap senioritas dan junioritas oleh kepala sekolah karena masalah ini bisa membunuh kemauan dan kreativitas para junior.
6)      Berikan reward atau funishment terhadap guru yang berhak menerimanya. Berikan hadiah kepada mereka yang berhasil melaksanakan inovasi atau berikan funishment kepada mereka yang melakukan pelanggaran. Dengan cara ini akan timbul motivasi kepada pihak lain untuk mendapatkan hal yang sama.
7)      Lakukan penilaian kinerja yang adil dan objektif oleh kepala sekolah sehingga tidak ada guru yang merasa dikhianati.
(Sedarmayanti, 2007).
Selain itu, bagi guru yang tidak berinovasi karena ketidaktahuannya, mereka bisa melakukan usaha sebagai berikut:
1)      Banyaklah bertanya dan melihat kepada teman yang sudah melakukan inovasi.
2)      Banyaklah membaca tentang permasalahan yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
3)      Setelah mendapat informasi, coba aplikasikan pengetahuan tersebut beruang-ulang. (Catatan Kuliah Manajemen Inovasi Pendidikan)
b. Fasilitas Pembelajaran Kurang Memadai
Fasilitas pembelajaran merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran. Dengan demikian, keberadaan fasilitas ini ikut serta menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Kurang tersedianya fasilitas pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, biasanya alasannya adalah keterbatasan dana. Masalah ini dapat diatasi dengan melakukan upaya-upaya berikut:
1.      Musyawarahkan dengan Komite Sekolah, bagaimana menyediakan dana untuk pengadaan fasilitas tersebut.
2.      Lakukan pendekatan kepada orang tua siswa, masyarakat, dan stake holder untuk bersama-sama mengatasi permasalahan tersebut. Sosialisasikan hasil keputusan bersama dengan baik. Jelaskan kepada semua pihak tentang manfaat fasilitas yang dibutuhkan, keuntungannya jika dimiliki, dan kerugiannya jika tidak dimiliki. (Catatan Kuliah Manajemen Strategik)
c.       Manajemen Kepala Sekolah yang Kurang Jelas
Manajemen kepala sekolah sangat menentukan keberhasilan sebuah sekolah. Semakin baik manajemen kepala sekolah maka kualitas sekolah semakin meningkat. Kurang jelasnya manajemen kepala sekolah akan menghambat perkembangan sekolah selanjutnya.
Usaha yang dapat dilakukan kepala sekolah untuk mengatasi masalah ini antara lain:
1.      Segera ubah manajemen dan pola kepemimpinan oleh diri kepala sekolah sendiri. Jadilah kepala sekolah yang sensitif terhadap keadaan dan jadilah pemimpin yang memiliki daya inovatif tinggi.
2.      Bila kepala sekolah tidak menyadari akan keadaannya, kemukakan saran oleh guru baik secara langsung maupun menggunakan pihak lain agar kepala sekolah mau mengubah keadaan (Catatan Kuliah Manajemen Inovasi Pendidikan).
3.      Jadilah kepala sekolah sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator, dan motivator (Mulyasa, 2003: 8).
Demikianlah sumbang saran yang dapat penulis kemukakan. Penulis yakin jika usaha-usaha tersebut dilakukan dengan penuh kesadaran oleh semua pihak, kualitas pendidikan di sekolah akan semakin meningkat. Bila kualitas tiap sekolah meningkat, kualitas pendidikan secara umum pun akan meningkat. Dengan demikian, sumber daya manusia pun menjadi sumber daya yang berkualitas; siap menghadapi tantangan dan persaingan. Semoga!

C.    KEPUSTAKAAN
Satori, Djam’an dan Saud, Udin. 2007. Modul Inovasi Pendidikan Dasar. Bandung: UPI.
Sedarmayanti. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Aditama.
Catatan Kuliah:
Manajemen Inovasi Pendidikan
Implementasi Manajemen Strategik.
Manajemen Sumber Daya Manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar